Untuk pertama
kalinya setelah sekian lama, aku tak ingin masuk dan ikut campur dengan
urusan dan kehidupanmu.
Untuk pertama kalinya, aku ingin berpura-pura -menahan lebih
tepatnya- untuk tidak lagi masuk ke ranah perasaanmu. Yang memang kenyataannya tidak ada
lagi peranku di dalamnya. Lalu, untuk apa aku harus masuk dan menyelam kembali?
Aku sudah
cukup dibiarkan berenang ke tepian sendiri. Menerjang ombak yang bahkan
berkali-kali menghempaskan aku yang rapuh. Tak peduli berapa kali ombak
menjauhkanku dari daratan yang kutuju, kau pun acuh; tak peduli.
Untuk pertama
kalinya, setelah sekian lama membersamai; berenang dan menyelami kehidupan ini
bersama, aku mencoba menahan diri untuk tau perihal gerimis yang hadir siang
tadi. Aku mencoba menahan diri, meski seluruh tanya berkecamuk dalam kepala. -dan lagi,
aku menyesal ketika tanya itu pada akhirnya tak mampu kubendung dari sanubari-.
Baru
kali ini aku menyesal memberikan simpati (lagi) pada dukamu. Sebab lagi lagi,
hempasan keras yang pada akhirnya melukai (lagi) kudapatkan dari hasil peduliku akanmu.
Aku menyesal,
karena sebenarnya kesadaran itu ada; bahwa bukan aku (lagi) yang kau butuhkan
untuk ada di sisimu. Bukan aku (lagi) yang kau butuhkan sebagai tempat melepas
segala tangis dan laramu. Bukan aku (lagi) yang kau butuhkan untuk meredam
amarah, sedih, bahkan tangismu.
Aku sebenar
sadar, meski hati tak semudah itu dikendalikan. Hanya bingkai usang sebuah
kenangan yang kini perlahan menjadi abu dalam bara api yang kau ciptakan.
Maaf jika setelah
ini aku (terpaksa) berhenti untuk peduli. Maaf jika setelah ini aku (mencoba)
menutup hati. Karna aku tak ingin menjadi ‘yang terakhir dicari’ ketika tidak
ada lagi dirinya yang kau butuhkan untuk bersandar di sisi.
Aku ingin,
namun di sisi lain aku egois terhadap diri sendiri. Aku egois terhadap diriku
yang kulukai dan kubiarkan jatuh berkali-kali. Aku ingin, namun berarti aku
harus membunuh hatiku pelan-pelan setiap hari. Aku ingin, namun kemudian
tersadar; bahwa diriku lebih patut untuk kucintai.
Pada akhirnya,
aku lebih memilih untuk melepasmu (kembali); membiarkanmu pergi..
__
-noteofyou-
.20 Jan 19.
#day9
#30haribercerita
ingatlah, bisa jadi orang yang kita cintai lebih berpotensi membuat luka di hati... wkwkw
BalasHapusthat's right! bener banget! ^^
Hapuskamu jangan buat luka di hati ya.. wkwk..
Raa...
BalasHapusada hal yang tak kaw tau...
dibalik cover buku usang itu..
mungkin telah kaw campakkan..
kamu Raa...
yang selalu berusaha untuk melupakan...
atau bahkan membiarkan pergi...melepas bersama hembusan angin..
kenapa kaw tak pernah berusah untuk MEMPERBAIKI Raa..?
Sudah. Bahkan tak hanya sekali.
HapusBerkali-kali.
Dan rasanya, aku tak ingin melukai diriku (lagi)
Pun tak ada gunanya jika perbaikan itu hanya ada dari satu sisi_.
Hei, bahkan burung pun tak bisa mengudara dengan satu sayapnya, bukan? Lalu, mengapa aku harus memaksakan diri?