Jangan benci orangnya, tapi bencilah
keburukannya.
Jangan benci pribadinya, tapi bencilah
perilakunya.
-zahidaannayra-
Jika seseorang telah
berbuat baik di hadapanmu, namun kau masih saja menghindar darinya, bisa jadi
kau tidak hanya membenci keburukannya, namun juga orangnya.
Nggak gampang memang.
Saat kita dituntut acuh pada suatu hal yang membuat kita tidak suka, dan itu
melekat pada diri seseorang. Bahkan ketika ia sedang berbaik hati pada kita
suatu waktu, namun justru yang tertampak di depan mata adalah negatifnya saja.
Ya, sebab seringkali kita
membenci suatu keburukan yang ada padanya, lantas menjadikan segala hal yang
ada pada dirinya adalah sebuah negatif yang membuat kita muak dengan segala
tingkahnya.
Jika membenci, maka
bencilah karena Allah saja.
Bagaimana membenci karena
Allah? Ya, tentunya dengan membenci keburukannya. Bukan orangnya. Ketika ia
berbuat baik, maka sudah selayaknya kita membalasnya dengan kebaikan pula. Satu
keburukan itu, tidak lantas menjadikan kita menutup mata dari hal-hal baik yang
ia punya.
Kita marah pada
tempatnya. Tidak suka pada tempatnya. Dan membenci pada saat ia melakukannya.
Bukan memukul rata pribadinya yang juga manusia biasa. Tetap ada hati nurani
yang mendorongnya melakukan kebaikan yang bahkan mungkin tidak mampu dilakukan
kecuali oleh orang-orang sepertinya.
Jangan memandang rendah
terhadap sesuatu, lantas meremehkan kebaikan-kebaikan kecil yang dilakukannya.
Bisa jadi, justru kesombongan yang muncul, serta rasa ‘lebih baik darinya’ yang
terbesit dalam hati itulah yang mampu membakar seluruh amalan yang kita punya,
lantas menjadikan kita seseorang yang lebih rendah darinya di mata Allah Ta’ala. -na'udzubillahi min dzalik-
Sekali lagi, manusia
hanya mampu menghukumi seseorang dari dhohirnya. Untuk derajat taqwa, hanya
Allah yang tahu kedudukannya. Bukankah terlalu lancang jika kita menghukumi
pribadi dan amalan seseorang hanya dengan melihat luarnya saja?
Nas’alullahal ‘afiyah.
__
@zahidaannayra_
#day7
#30haribercerita
0 komentar:
Posting Komentar