Senin, 28 Maret 2016

Sandiwara



"Senyumlah sedikit, Ra ..." katamu waktu itu.
"setidaknya kau mampu menyembunyikan sedihmu itu. Sedikit bersandiwara, mungkin membuatmu lebih baik ..." ujarmu sembari menarik kedua sisi bibir kecilku.

"Kenapa aku harus berpura-pura bahagia, sedang di dalam sana hatiku merana?" protesku.

"Jika itu membuatmu terlihat lebih baik, kenapa tidak?" jawabmu singkat.

"Tidak semua hal yang sedang kita rasakan, harus ditunjukkan, bukan? Jika bisa membuat oranglain bahagia melihat senyummu, mengapa harus kesedihan yang kau tampakkan?" lanjutmu ketika aku tak lagi membantah.

Ah, kau selalu berhasil membuatku terbungkam. Meng-iya-kan setiap argumenmu. Dan kemudian diam-diam, aku mengamalkan ajaranmu.

Karena sandiwaramu lah, kau menjadi pribadi yang sulit ditebak. Nyatamu, tak selalunya sama dengan apa yang ada dalam hatimu. Aku sering salah mengartikan bahagiamu, tawamu, bahkan 'baik-baik saja' mu. Dan kini aku paham: bahwa selama ini, aku salah beranggapan tentangmu; yang (terlihat) selalu bahagia. Seperti tak ada kesedihan yang bertandang dalam hari-harimu.

Aku semakin mengerti; sejatinya, kau tidaklah setegar dzohirmu. Hatimu, tak sebahagia wajahmu. Dan 'baik-baik saja' mu, tak sekuat pertahanan batinmu.

Aku tahu, karna aku mulai terbiasa dengan sandiwara yang selama ini kau ada-adakan. Aku menjadi bisa membaca ekspresi wajahmu. Aku mampu melihat gurat kesedihan diantara bahagia yang kau paksakan. Aku menjadi tahu, kapan saat kau benar-benar bahagia, atau hanya berpura-pura. Aku tahu, kapan kau baik-baik saja, atau kau hanya bersandiwara. Aku menjadi paham, dan bisa membedakan.

Karna apa?
Karna aku telah mempraktekkan apa yang kau ajarkan. Dan aku mampu merasakan bedanya. Antara tulus, atau sandiwara.

Namun, tak dapat ku pungkiri, bahwa titahmu, ada benarnya.

 'Jika kita bisa membuat oranglain bahagia dengan senyum, mengapa harus nampak murung?'

Karna terkadang, berpura-pura bahagia pun, bisa mendatangkan bahagia yang sesungguhnya. Yang perlu aku lakukan sekarang, hanya tersenyum, bukan? Menganggap semuanya baik-baik saja. Bersikap seolah tak ada apa-apa. Dan (berpura-pura) bahagia, seolah tak ada kesedihan di dalamnya.

Terimakasih untuk mengajariku hal itu.
Semoga kau menemukan bahagiamu yang sebenarnya. Hingga tak perlu lagi bersandiwara. Untuk sekarang, dan seterusnya .... :)


~@zahidaannayra_
__
#Morning ... :)

Rabu, 23 Maret 2016

Bicara Tentang M.A.N.T.A.N

sumber gambar; https://www.google.co.id/search?

Bicara tentang cinta, memang tak akan ada habisnya. Selalu menjadi suatu hal yang menarik untuk diperbincangkan. Dari dulu, hingga sekarang. Meskipun sering dan selalu diulang-ulang. Tak ada bosannya.

Bicara tentang cita-cita, nyambungnya ke cinta. Bicara tentang keadaan masyarakat, nyambungnya ke cinta. Bahkan ngomongin politik pun, bisa nyambungnya sampai ke cinta.

Cinta ... oh cinta ...
kau selalu ada di mana-mana ...
menghantui manusia
Ada Apa Dengan Cinta?
Ia galau ditinggal Rangga; merana 
#Lah!

(Oke, abaikan! :v)

Balik lagi soal cinta, bagi masyarakat kebanyakan, apalagi anak muda jaman sekarang, cinta selalu identik dengan pacar, dan: M.A.N.T.A.N. (sengaja gue capslok :v)

Gue mau cerita tentang temen-temen yang akhir-akhir ini semangat banget cerita tentang mantan mereka. Jadi ceritanya, mereka itu seperti perkumpulan orang-orang senasib yang pernah disakitin oleh mantan pacarnya. :v

Kata 'Mantan' bagi mereka, adalah sebuah momok yang sukses membuat emosi mereka naik seketika. Seperti sesuatu yang ingin mereka telan mentah-mentah untuk dilenyapkan. Dan seperti biasa, gue sebagai pendengar setia, tak pernah berhasil menahan tawa melihat mereka berapi-api ketika bercerita perihal sang mantan.

Ada saja hal-hal konyol yang diperbuat untuk mengekspresikan kejengkelan atas perlakuan mantan pacar mereka. Menghentak-hentakkan kaki, tangan mengepal,  mata melotot, bahkan memukul sesuatu, menjadi hal yang biasa mereka lakukan ketika bercerita.

Tapi sebenarnya, dalam pikiran; gue menarik satu kesimpulan bahwa: mereka melakukan semua itu, bukan karena sifat buruk, atau kelakuan mantan pacar mereka yang menjengkelkan. Namun sejatinya, mereka hanya kesal dan tidak terima atas putusnya hubungan mereka.

Kenapa gue bisa beranggapan seperti itu? Coba deh, kalian pikirkan.
Orang-orang yang sedang berpacaran dan saling jatuh cinta, apapun kejelekan yang ada pada pasangan mereka, akan terlihat baik. Meskipun tidak, mereka akan memaklumi dan memaafkan kesalahan yang diperbuat. Mereka bisa dengan mudahnya menghadirkan berbagai spekulasi yang membuat kesalahan itu tidak besar. Hanya sebuah kekhilafan dan alpha yang lumrah dilakukan oleh manusia.

Ini yang terjadi pada orang yang sedang saling jatuh cinta. Dia mencintai pasangannya, dan pacarnya pun, mencintai dia.

Namun, bedakan dengan mereka yang ditinggalkan. Pacarnya berpaling; berpindah ke lain hati (jreng .. jreng ...). Sedang dia masih mencintai pacarnya. Masih mengharapkan dia.

Bagaimanah hasilnyah pemirsah? :v

Habislah ia. (Mantan) pacarnya kini layaknya pendosa yang penuh dengan keburukan. Bahkan tak ada kebaikan sedikitpun dalam dirinya. Tak lagi ada pemakluman atas kesalahan. Hal buruk yang hanya secuil, menjadi seperti dosa besar di matanya. Ia menjadi orang yang tak pantas ada. Dan hanya pantas untuk dilenyapkan.

Walhasil, jadilah mereka yang ditinggalkan ini seperti orang yang tiba-tiba naik darah secara drastis, ketika nama mantan disebut. Dengan gaya khas mereka masing-masing; berapi-api seperti ingin membunuh orang (ini lebay tapi nyata :v ), atau berlagak seperti orang yang kalah perang; pasrah dan melas -orang kayak gini biasanya sukses kena bully ;v-

Dan cerita tentang mantan, adalah hal yang tak bisa mereka tahan untuk diceritakan, apalagi ketika mereka bertemu teman senasib --sama-sama ditinggalkan--.  :v

Nah, orang-orang seperti inilah yang sejatinya belum bisa move on dari yang namanya MANTAN.

Meskipun mereka sudah punya pacar baru, namun masih semangat menceritakan tentang keburukan mantan dengan berapi-api dan penuh dendam, pada dasarnya, mereka belum bisa ikhlas atas berpalingnya (mantan) pacar mereka, dan atas berakhirnya hubungan mereka.

Hayooo ..., kalian yang ditinggalkan, masih adakah harapan yang tertinggal dari lubuk hati yang paling dalam? o_0

:v

__
#YukMoveOn!
#BuanglahMantanPadaTempatnya :v






Sabtu, 19 Maret 2016

Di Waktu Pagi, Hatiku Tertawan

 Image result for gambar sepeda dan pagi

Sepagi ini, aku sudah tersenyum.

Mungkin jika ada orang lain yang melihat, mereka akan mengira bahwa aku masih terbawa oleh mimpi indah semalam. Hingga ketika membuka mata, aku refleks mengulas senyum.

Bukan. Bukan itu.
Bahkan aku tidur sangat nyenyak semalam. Tak bermimpi apapun.

Lalu apa? Mungkin kau bertanya-tanya tentang itu.

Karna pagi.
Karna pagi datang. Dan aku telah jatuh cinta pada waktu ini.
 
Menunggu saat-saat aku berangkat. Kemudian bergegas. Sepagi ini.
Mengayuh sepeda yang lambat. Lebih tepatnya, aku yang membuatnya lambat. Pura-pura menikmati pemandangan di kanan-kiri. Padahal semua orang tahu; tak ada yang bisa dinikmati dari pemandangan disini. Hanya perumahan padat penduduk yang semakin kumuh.

Namun bagiku, mengayuh sepeda perlahan di antara deretan rumah ini, telah menjadi salah satu rutinitas yang kutunggu. Sejak beberapa hari yang lalu tepatnya.

Karna memang, ada hal lain yang kutunggu.
Hal yang membuatku tersenyum sepanjang jalan. Sesuatu yang membuatku tak sabar menanti waktu pagi. Merasakan Senin yang bagi kebanyakan orang adalah Blue Monday, menjadi Sweet Monday bagiku.

Kau tahu? Tak pernah ada penantian semenyenangkan ini. Melewati hari-hari panas yang membuat penat, menjadi layaknya hari penuh bunga dan keteduhan di dalamnya.

Ada sensasi beda disana.

Ketika jantung berdetak lebih kencang, dan nafasku tertahan. Aku terpana. Pada penciptaan makhluk-Nya yang luar biasa sempurna. Dan aku jatuh cinta. Pada detakan pertama. Dan pandanganku tertahan padanya.

Kau tersenyum. Tepat saat pandanganku tertuju padamu. Membuatku salah tingkah. Ingin rasanya membalas senyummu. Namun sepertinya, pesonamu mampu menyihirku. Membuat urat wajahku kaku. Dan aku hanya mampu tertunduk. Berpura-pura tidak tahu, sok sibuk berkonsentrasi pada laju sepeda. Ingin rasanya memacu lebih kencang, menyembunyikan wajahku yang panas; memerah malu atas tatapmu.

Namun sepertinya, waktu ingin mengulurnya lebih lama. Bersekongkol dengan alam yang tiba-tiba menjadi hening; tanpa suara.

Dan sekuat aku melarikan diri, saat itulah aku menyadari; hatiku telah tertawan disana.

__
~zhed'z

Kamis, 17 Maret 2016

Tangan-Tangan Gemetar

Image result for gambar pemulung gendong anak 
Panas terik
peluh menetes
kulit yang
menghitam

Ia membungkuk
memungut;
satu-satu

Berjalan
tertatih

Membungkuk, lagi.
mengambil yang tercecer

memasukkannya
hatihati
pada karung
yang
menggantung di punggungnya

Pluk!

Seseorang lewat
membuang dengan santai
kemudian pergi

Ia membungkuk,
lagi

Tanpa kata
tanpa menghela

"Hidup ini keras, Nak ..."

ujarnya,
pada bayi yang dingin

sedang ia,
masih sibuk membungkuk,
memungut, 


__
~@zhed'z

Karena Tempat Istirahatmu, Ada Di Jannah

 Image result for gambar jadikan lelahmu lillah
Pernahkah kau merasa sangat lelah,
setelah seharian bekerja
setelah seharian belajar
setelah sehari penuh berada di luar rumah; mencari nafkah
atau,
berada di rumah; memenuhi kewajiban yang harus ditunaikan?

Dan kau merasa penat akan itu ...
Hingga kemudian kau menyadari, bahwa waktu istirahatmu sangatlah sedikit. Bahkan bisa dibilang sangat kurang.

Di titik itulah, kau akan merasa sangat jenuh dengan segala aktivitas yang begitu menyibukkanmu. Kemudian secara spontan, kau mengeluarkan kata-kata keluhan.

Keluhan atas hidup yang kau alami.
Atas kesibukan yang kau jalani.
Atas amanah yang kau emban seorang diri.
Pun atas segala hal yang menjadi rutinitasmu sehari-hari.

Saat itulah, kau akan merajuk;

"Lalu kapan waktu istirahatku dari semua kesibukan ini?"

"Indama yatho'u ihda qodamaihi fil jannah" jawab Imam Ahmad bin Hambal, ketika ditanya oleh salah seorang muridnya.

'Nanti, ketika kita menginjakkan kaki di Jannah. Disanalah kita akan beristirahat.'

__

Indah, bukan?

Jadi, bersabarlah ...
Karena Jannah adalah sebaik-baik balasan.

Bersabarlah ...
Karna Jannah telah dijanjikan.
Dan Allah tidak akan pernah menyelisihi janji-Nya.

Tak apa, karena lelahmu, bukanlah sebuah kesia-siaan.

Sejatinya, dunia hanyalah tempat pengembaraan. Dan akhirat adalah tujuan akhirnya. Maka, carilah sebaik-baik bekal. Sebanyak-banyak kebaikan. Seluas-luasnya rizki yang halal. Dan seberkah-berkahnya ilmu.

__

Bersabarlah atas lelah
Tetaplah istiqomah
Jangan berkeluh kesah
Yakinilah dan tabah

Niatkan semuanya Lillah
Karena tempat istirahatmu, ada di Jannah.

:)

Image result for gambar jadikan lelahmu lillah
=============================================================
Pelabuhan Kapuk,
  _17 Maret '16_ 
~@zahidaannayra

Rabu, 16 Maret 2016

Love Lorn #1



_Dilema_

***

"Serius, lo suka sama Raihan, Rein?"

"Sssstt ..., jangan keras-keras, Yunda ..." sahut mahasiswi kedokteran itu sambil membungkam mulut sahabatnya. Ada rona merah di kedua pipinya.


"How can? Please deh, Rein sayang ..., Raihan itu anak ROHIS. Dan dia nggak mungkin pacaran. Jadi, jangan pernah berharap deh. Lagipula, dia beda fakultas sama kita. Emang sih, dia terkenal karena prestasi-prestasinya, tapi tetep aja, kalian bakal jarang ketemu juga."

"Trus kenapa? Nggak salah kan, kalo gue suka sama dia? Wajar dong, gue tertarik sama orang tenar kayak dia ... udah gitu, pinter lagi."

"Ya enggak salah sih, tapi kan ...,"

"Kenapa? Aldi? Ah, udahlah ... jangan bahas Aldi lagi. Capek gue."  

"Rein, ayolah ..., jangan egois ... lo tau kalo Aldi itu cinta banget sama lo. Dan kita semua tau, gimana jadinya kalo Aldi punya musuh. Dia itu brutal banget, Rein ..."
Ada kegetiran yang diam-diam Yunda sembunyikan dari sahabatnya. Ia berusaha bersikap sewajar mungkin. Meski tak dapat dipungkiri, hatinya gelisah bukan main.

"Ya karena itu, Yunda ... gue nggak suka sama Aldi. Masa' lu tega sih, sahabat lo sendiri pacaran sama dia ..." sahut Rein kesal.

"Bukan itu, Rein sayang ... coba deh, sekarang gini, lo bayangin aja, gimana nasib Raihan kalo Aldi tau: lo suka sama Raihan. Aldi itu orangnya nekat banget, Rein ... dia bakal ngelakuin apapun buat menuhin keinginannya."


Yunda menjelaskan panjang lebar. Menekankan, lebih tepatnya. Karena tanpa perlu dijelaskan, semua orang tahu, bagaimana Aldi; cowok terkenal di kampus mereka. Bukan karena prestasinya atau apa, namun lebih karena ia adalah anak dari pemilik universitas itu. Namun sayang, perilaku Aldi tak setampan wajahnya.

Rein tercenung mendengar pernyataan Yunda. Bagaimana mungkin ia melupakan hal itu?  Rasa cintanya telah membutakan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Benarlah, bahwa terkadang; cinta itu egois.  Yang terlihat di depan, hanyalah perasaan indah semata. Seperti meniadai kemungkinan buruk yang terjadi di belakangnya. Dan Rein baru menyadari hal itu.

Wajah berseri Rein berubah mendung. Membenarkan pernyataaan Yunda. Ia mendesah kecewa.

"Ah, kenapa pula Aldi harus menyukaiku?" batinnya kesal. Rein sadar, Raihan bisa terancam, jika Aldi tahu akan perasaannya kepada Raihan. Dan itu membuat hatinya dilema.

***
to be continue ...


==================================================
Well, guys ...
sebenernya, ini adalah tugas malam narasi  OWOP (One Week One Paper). Dan gambar aslinya, bukan ini. Tapi, ini niih .....



Hehe ...
Kalau dilihat dari cerita diatas, sangat tidak nyambung, bukan? ^^
Eitss, tapi tenang aja, gambar bubul cum-cum dan picang goyeng, tetap akan muncul kok. Tunggu  saja episode selanjutnya ya ...
Stay tune! ^^ 

~@zahidaannayra_

Sabtu, 12 Maret 2016

Yang Malming Di Rumah, Mana Suaranya?


"Malam Minggu, semoga hujaan Ya Allaaaaah  ..." celetuk Rida tiba-tiba.

Serentak kami diam. Menoleh ke arahnya. Kemudian tertawa lepas.

"Ngapain lu do'a begitu? Keliatan banget jonesnya. Haha ... Calm down aja kalliii ..." Nica menimpali. Ia masih tergelak.

"Biarin, abisnya gue kesel."

"Kenapa lu? Manyun aja. Mana ikhlas banget lagi doa'innya."

"Oalaaah ... haha, pantesan Rida manyun. Mantannya pasang DP malming sama istrinya tuh ..." Ken tergelak. Tanpa perasaan mendeklarasikan berita tentang sebab temannya berdo'a begitu.

"Ya Allah Ridaa ... belom move on juga lu? Please deh say, udah tiga tahun looh ... Dia udah jadi suami orang. Jangan gitu laaah ..." Siska bertutur. Sok bijak.

__
Beberapa saat kemudian ...

"Puspa ..." mendadak suasana hening. Seperti suara cowok dari luar camp kami.

Satu, dua detik, tak ada yang bersuara.

"Puspa ..." terdengar lagi suara itu. Sontak semua mata tertuju ke arah Puspa.

" Ciyeee ... udah dijemput nooohh ..." seloroh kami kompak. Gue yang paling kenceng.

"Ciyee yang siriik ciyee ..." senggol Puspa sengaja.

"Lu ngadep laptop mulu daritadi. Nggak punya pacar, pacarannya ama laptop yeee ..."

"Semoga malem ini hujan Ya Allaah ...."gantian gue yang do'a kenceng-kenceng. Sengaja. Kali ini gue bener-bener berharap dikabulin. Biar mereka kagak jadi malming; berduaan.

__

"Ya Allaaah, kenapa temen gue udah banyak yang pada nikah ... kok gue  belom ada yang ndatengin? Nggak ada yang suka ama gue apa yak?" Siska yang tadi sok bijak, gantian baper.

"Ah, kalian pada kumat deh.  Syndrom malem Minggu. Jadi stress semua. Kayak gue doong, stay calm ... Mending nulis. Daripada baper kagak jelas begitu."

Blaaaarrr!!!

Breesss ....

Pet!

Petir menggelegar. Lampu tiba-tiba mati. Dan hujan turun deres banget.

"Huaaaaaaaaaaa ..." teriakan serentak membahana.

Selesai sudah. Tamatlah semua riwayat kami. Jomblo atau tidak, semuanya merana.

__
#Malming_
#HeavyRain





Jumat, 11 Maret 2016

Tanpa Suara

 Gambar Hujan

Tes ... Tes ...
tangan kecil itu menengadah
bulir menetes
merembes lewat dinding
mengalir dari celah-celah atap yang berlubang

Tes ... Tes ...
bunyi rintik memecah hening
satu per satu berjatuhan;
menderas
merupa deretan panjang yang bertubi

Anak itu menengadah
mengerjap-ngerjap
kemudian beringsut
merapat

"Akankah hujan kembali menderas, Kak?"

suaranya lirih
tak terdengar

ditimpa riuh hujan

Ia mendesis
bibir kecilnya bergumam
: tak jelas
 hanya merupa dengungan

"Kak, sungai itu
kini sejajar dengan
gubuk kecil kita .."

Masih hening
tak ada jawaban
hanya rintik yang terdengar

Ia menggigil
bibirnya terkatup; rapat
membiru; pucat
dan ceracaunya;
berubah senyap

Sempurna
: tanpa tersisa

Hanya desau angin
tanpa nafas.

__
#heavy_rain
~@zaheeda_

Kamis, 10 Maret 2016

Di Teras Senja, Aku Mengeja

Sebuah Puisi
karya; Zha n' Sha
__
                  Image result for gambar senja
Mengapa kota tertatih
Mengapa tersisih
seperti warna murung
angin yang menyeret debu

Mengapa tak juga kau
temukan senyum
dari beranda dan
taman bunga

Dari surya sore
di jendelamu yang
hangat itu...

Adakah kau?
di sirna surya purnama
menunggu jejak senja
pada bayang kirmizi
yang tak jua,
beranjak
pergi ...
Image result for gambar senja
Seperti tertatih
menghitung waktu
pada jarijari kecil
yang gemetar

Yang gemetar seperti
jari jarum jam yang
menunjuk bahwa
kata, juga kita,
ialah bagian dari yang fana

Yang gemetar seperti
kelopak kembang yang
hanyut di sungai
pada cuaca menjelang petang

Tapi kita berdiri, di sini,
Kita tumbuh
dari diam, dari ruang spasi
dari interupsi kalimat pengap
yang mencoba percaya
bahwa cinta
: memang mampu berjaga

bahwa cinta ialah rumah
yang membuat betah
meski bising mengepung kita

Image result for gambar senja

bahwa cinta,
ialah asa
yang membangun percaya
pada sepertiga langit
yang mendoa; mesra

menapak pada satu garis rawan
yang sentiasa berusaha kita luruskan

Bahwa cinta,
adalah semoga
yang memilin harap
pada untaian dedoa

Bahwa kau dan aku;
ada,
bersama ....

 Image result for gambar senja
_


_09th March '16_

Senin, 07 Maret 2016

Adanya Akibat, Berawal Dari Sebab


"Eh, bajumu tipis banget sih ..., lebih tipis dari kain kafan malah." tegur seorang kawanku kepada temannya yang mengenakan baju putih nerawang. Memperlihatkan sisi dalam yang tak seharusnya diumbar.

"Yes, I know. Aku tahu kok. And It's my style. Ini bajuku sendiri. Aku yang make'. Ada masalah denganmu?" sahutnya acuh.

"Kamu tahu nggak, kalau ada hadits yang mengatakan: Jika seorang wanita keluar dari rumahnya dan memperlihatkan auratnya, maka setiap langkahnya itu, sesungguhnya dia seperti sedang berjalan ke neraka."

"Ya, aku tau. Tapi banyak kok orang yang pakai kayak gini. Dan disini pun lagi familiar. Come on girls, ngikutin mode dong .... Ini lagi trend!. Soal neraka, atau apalah itu, nanti ajalah. Kitakan masih muda, masih bisa tobat. Jangan mikirin itu dulu lah, nikmatin dulu masa mudamu. Ayolah!"
__

Aku hanya mampu menelan ludah. Miris. Bahkan terhadap hadits yang jelas mengingatkan dia akan neraka saja, ia abai. Tidak sedikitpun merasa takut. Karna ia masaih muda, kemudian merasa bahwa masa hidupnya masih panjang.

Who knows?

Sok tahu sekali orang-orang yang menganggap dirinya masih punya banyak waktu untuk hidup. Siapa yang tahu tentang masa hidup seseorang? Sudah merasa menjadi asisten Tuhan, sehingga mengetahui tentang rahasia umur, hidup dan mati?

Kemudian dengan santai berbuat sesuka hatinya. Tak apa-apa. Masih muda. Nikmati dulu kebahagiaannya. Kemudian melenggang santai bahkan dengan pakaian terbuka. Memancing perhatian dan mengundang syahwat yang melihatnya.

Dia pikir itu modis. Dia pikir itu trend. Mode apa? Trend apa? Trend bareng-bareng berjalan ke neraka? Oooh jadi kamu lagi ngikutin trend menuju neraka? Kamu punya pikiran nggak sih, atau jika aku bahasakan lebih keras; kamu punya otak nggak sih, sehingga bisa membedakan mana yang seharusnya diikuti, mana yang tidak. Mau-maunya mengikuti trend menuju neraka. Bahkan anak kecil pun jika ditanya, tidak akan mau memilih neraka. Nah kamu?

Jika membuka aurat, memamerkan bagian tubuh yang seharusnya dijaga dan mengumbarnya di depan khalayak adalah modis, berarti, hewan adalah yang paling modis dong!

"Ya enggaklah! Kan aku nggak telanjang juga di depan orang-orang ..."

Trus apa? Menyerupai binatang, semi telanjang gitu? Sedang seseorang yang menyerupai suatu kaum, adalah  termasuk kaum itu. Kalau kamu menyerupai binatang, bukannya sama saja? Mau, disebut satu golongan sama binatang? Bahkan disebut 'menyerupai' saja, nggak mau, kan?

Okay, kamu memang tidak telanjang di hadapan mereka. Namun siapa yang tahu, kalau pikiran mereka sudah lebih dulu menelanjangimu, memikirkan macam-macam tentang bagian tubuhmu yang lain?


"Ya itu salah mereka lah! Pikiran mereka aja yang ngeres ...."

Nah!
Sekarang siapa penyebab mereka berpikiran ngeres?

Kembali ke hukum sebab-akibat. Terjadinya akibat, karena adanya suatu sebab.
Adanya pemandangan yang memancing syahwat, berakibat mereka memikirkan hal-hal yang kalian sebut ngeres tadi.  Mereka nggak akan sampai berpikiran kotor kok, jika tidak ada hal-hal yang merangsang mereka untuk berpikiran seperti itu.

Apa susahnya sih, saling menjaga. Kamu menjaga aurat dengan tidak membiarkannya terbuka, dan mereka pun bisa menjaga pikiran mereka dari hal-hal kotor yang tidak seharusnya. It's simple, right?

Nggak ada yang tahu kapan kita mati. Sampai kapan masa hidup kita di dunia. Tidak berpatok pada tua atau muda. Jangan sampai, kita mati dalam keadaan aurat kita tersingkap. Naudzubillah.

Yuk, berpakaian syar'i. Menutup, longgar, dan tidak nerawang. Tugas kita hanya taat, bukan?

__
~Ukhtukumfillah ...
@zahidaannayra_

Sabtu, 05 Maret 2016

Rindu Di Sepertiga ...

 Image result for GAMBAR DANBO BERDOA
Rindu itu berlabuh, melewati simpuh di sepertiga malam terakhirku. Menelisik dalam sunyi, seolah mengetukku pada pilinan do'a yang tersampaikan dalam bait-bait cinta.

Aku merindu pada maya yang tampak nyata, merenda cinta, hanya pada baitbait doa.
Menyelam dalam selaksa makna; cinta. Sebab, rinduku hanya mampu kulabuh dalam simpuh. Membias dalam pilinan kata, bersinergi dalam doa.

Aku merindu,  pada bayang-bayang rasa, sesosok tanya tanpa jawab. Kau, masih berselimut misteri pada senja. Menebar aura dalam rasa, tanpa sanggup kumemilikinya.

Bukan, bukan tak sanggup. Namun belum tiba saatnya. Biarkan rasa ini bersimphony dalam serenade cintaNya. Meruah dalam dedoa, bersahutan bersama kokok yang menyerta malaikat. Melaung dalam senyap.

Kepadamu; kuukir rindu, bersama malam berbintang, yang meniadai matahari ...

__
~@zahidaannayra

Jumat, 04 Maret 2016

Rasa Bersalah yang Kembali


"Hai Kak ..., kau pasti bosan ya ..." gadis mungil itu bergumam. Tangan kecilnya ia tengadahkan. Menampung bulir-bulir hujan yang menetes dari plafon rumah.

"Bahkan tanpa perlu kau jawab, akupun sudah mengerti jawabanmu. Kau pasti bosan. Bosan dengan keadaan aku yang seperti ini. Tak pernah mengabarimu terlebih dulu, menanyakan kabar, atau sekedar menyapamu." kali ini ia menggenggam butiran air yang mengalir lewat sela-sela jarinya.

"Hai Kak .., kau pasti kesepian, kan? Apalagi setelah kau memutuskan untuk tidak menghubunginya lagi. 

Kau menyesal, Kak? Sudah pasti. Tak apa. Toh ini semua wajar. Ia yang biasanya mendominasi hari-harimu, sekarang tak ada lagi. Sama sekali.-meski mungkin di luar sana ia masih menanti-

Maafkan, Kak ...
Telah banyak merepotkanmu. Menahan langkahmu. Bahkan membuatmu merasa sepi.  Meski kau mati-matian membunuhnya dengan berbagai alasan yang hanya kau ada-adakan. Maafkan aku yang seperti ini ..."

__
Kemudian gelap. Tepat ketika ia tengadahkan wajahnya. Menanti hujan yang tak kunjung reda. Ribuan tetes hujan menerpa tubuhnya. Gadis itu tak sadarkan diri. Dan hujan bertubi-tubi menerpa wajahnya yang pucat. Seolah menyalahkannya.

Sementara sel-sel dalam tubuhnya seperti mendidih. Mencipta aura panas yang membuat tubuhnya hangat. Tidak, tidak hanya hangat. Namun menjelma demam yang tinggi. 

"Jangan khawatirkan aku, Kak ..., aku baik-baik saja ...."

__
~fauqossariir_
  =bedrest=

Seperti Layang-Layang; Bebas, Namun Berbatas



Siang ini, aku membuat janji dengan seorang teman untuk menemaninya makan. Kebetulan kelasku lebih dulu selesai. Jadi mau nggak mau, aku harus menunggunya di luar. Kursi santai di bawah pohon beringin yang rindang, menjadi sasaran dudukku untuk menunggu, sambil sejenak melepas lelah.

"Door!"

"Allahu akbar!"
Tiga orang temanku datang tiba-tiba.

"Haha ... yee kaget ..."

"Iih, kalian ya ... usil banget. Alhamdulillah kagak jantungan ..."

"Abis .., khusyu' banget baca bukunya. Nggak inget kanan kiri ..."

"Hehe ... kayak nggak tau aku aja sih kalian ..."

Menit-menit selanjutnya, kami ngobrol ngalor-ngidul. Mulai dari membahas pelajaran, sampai program kelas yang baru-baru ini diadakan. Derai tawa sesekali terurai. Dan aku selalu menikmati moment-moment seperti ini. Memperhatikan mimik wajah dan tingkah laku mereka yang lucu. Cukup sebagai penghibur penat pelajaran seharian.

"Zha!" teriak Merry dari kejauhan. Ah, rupanya ia telah selesai dari pelajaran kelas. Buru-buru aku pamitan dan menghampiri Merry. Menepati janjiku untuk menemaninya makan siang.

***

"Zha, kamu kok bisa sih, tetep bebas bergaul sama orang-orang?" tanya Merry tiba-tiba.

"Eh? Maksudnya? Bergaul gimana?" aku tak begitu paham dengan maksud dari pertanyaannya.

"Ya ... jujur aja sih, kamu lihat kan, sampai sekarang aku belum berhijab. Salah satu alasannya, karna aku takut nggak bisa lagi bebas bergaul dengan orang-orang. Tapi, aku lihat ... kamu kayaknya enjoy banget sama hijabmu. Bahkan, karena care-nya kamu ke semua orang, teacher ngasih kepercayaan ke kamu buat ngurus program baru di kelas kita ..."

Aku tersenyum.

"Merry, jujur deh, aku seneng lho ... kamu mau mengutarakan isi hatimu tentang ini.
Gini deh, Merry sayang ...,
hijab itu, bukan penghalang kita untuk melakukan segala sesuatu. Apalagi aktivitas kita sebagai seorang manusia. Kenapa harus merasa terkekang dengan apa yang kita kenakan? Kenapa pula harus merasa tidak lagi bisa bergaul dengan orang-orang, ketika kita memutuskan untuk berhijab?

Merry sayang,
Hijab itu, bukan mengekang. Tapi menjaga. Seperti layang-layang. Ia tetap bisa terbang tinggi, dalam satu tali yang mengikatnya. Tali itu, bukan mengekangnya untuk terbang lebih tinggi, namun justru menjaganya, agar tetap lurus. Tidak terombang-ambing oleh angin yang menerpa. Ia tetap bisa terbang. Tinggi, dan terarah.

Bayangkan jika tali itu putus. Layang-layang itu, bukannya semakin tinggi, malah terbang tak tentu arah. Dan akhirnya terhempas, jatuh begitu saja.

Seperti itupun hijab. Ia sama sekali tak mengekangmu. Kau tetap bisa melakukan aktivitas apapun. Bedanya, kau akan semakin terjaga. Dan tahu batasannya. Mana yang seharusnya kamu lakukan, mana yang tidak.

Hmm ... Awalnya, mungkin orang-orang sangsi dengan perubahan kita. Tapi, kita tidak perlu merasa malu, atau bahkan minder. Just be your self aja ... Pede aja dengan hijab syar'i mu. Islam itu, datang dalam keadaan asing, dan akan kembali dalam keasingan pula. Maka, beruntunglah mereka yang termasuk di dalamnya.

Bagaimanapun, kebenaran itu tidak selalunya mudah untuk diterima. Maka beruntunglah mereka yang mampu menerima kebenaran itu. Beruntunglah, karena kau adalah orang-orang terpilih. Hidayah itu mahal, maka jangan pernah sia-siakan hidayah yang datang kepadamu. Sambutlah, karna ia cahaya. Tak ada kata terlambat untuk berubah menjadi lebih baik. Merugilah ia yang menyiakannya, karna ia tak datang untuk kedua kalinya."

Mata Merry berkaca. Ada binar bahagia dan semangat yang terpancar lewat ekspresi wajahnya. Aku tersenyum hangat meyakinkan. Tak perlu banyak kata untuk mengajak seseorang berbuat lebih baik. Yang penting, bagaimana kau mampu bersikap hangat kepada mereka. Dan mereka akan datang, menyambut kebaikan itu dengan sendirinya.

Sekali lagi, karna hidayah itu; cahaya.
Ia mahal. Dan berharga. Sambutlah, jika ia datang kepadamu. Jangan berpura-pura tidak tahu. Sebelum Allah benar-benar menutup hatimu untuk itu.

~@zahidaannayra
__
-Cantik, Yuk Berhijab!#2

.
 --baca juga chapter sebelumnya http://zahidaannayra.blogspot.co.id/2016/02/cantik-yuk-berhijab-1.html