“Kamu
kenapa bangun tidur mukanya kucel begitu?”
“Ya,
namanya juga baru bangun tidur.”
“Haha, iya,
tapi kan nggak harus kesel gitu..”
“Pusing
tau.”
“Kenapa?”
“Nggak tau.
Bangun tidur bukannya malah fresh, tapi badannya sakit semua. Mana ni kepala nyut-nyutan
gini.”
“Nah kan,
bener. Nggak salah kan berarti kalau aku ngelihat kamu lebih kucel dari orang bangun
tidur biasanya.”
“Hmm..”
“Berarti
tidurmu nggak berkualitas dong. Sayang banget. Padahal kamu lumayan lama loh
tidurnya.”
“Tau ih.
Kenapa ya?”
“Hmm.. kamu
ikhlas nggak tadi tidurnya?”
“Maksudnya?”
“Ya,
sebelum tidur mungkin kamu spaneng mikir apa gitu. Atau mungkin emosimu lagi
nggak stabil. Mau tidur masih jengkel sama orang. Jadi tidur dalam keadaan
nahan emosi atau pikiran. Ya, semacam hal-hal yang bikin belum plong gitu lah.”
“Hmm,
mungkin juga karena itu. Jujur aja sih, tadi sebelum tidur sempet jengkel
banget sama orang. Jadi tidurnya agak-agak nggak tenang gitu deh.”
“Nah itu
dia yang mungkin pada akhirnya bikin tidurmu nggak berkualitas. Karena ada hal
yang mengganjal kuat dalam hati dan pikiran, sehingga mempengaruhi emosi. Tidur
yang seharusnya bikin tenang dan fresh setelah bangun, malah jadi pusing
selepasnya.”
“Trus
harusnya gimana?”
“Ya
diikhlasin aja. Apa-apa yang belum plong, sebelum tidur, cobalah untuk
mengikhlaskan semua. Merelakan apa-apa yang terjadi. Pun memaafkan apa-apa yang
tidak seharusnya dibiarkan berlarut dalam dendam dan emosi. Bukankah Rosulullah
sendiri yang menitahkan kepada ummatnya untuk muhasabah sebelum tidur? Menghisap
diri sendiri, menginsafi apa-apa yang salah selama ini, dan meminta maaf kepada
mereka yang pernah terdzalimi. Toh itu semua untuk kebaikan diri sendiri,
bukan? Sehingga nanti jika ruh ditaqdirkan untuk tidak kembali ke jasad ketika
tidur, kita pergi dalam keadaan bersih.”
“Ih, ngeri
amat sih. Masa’ iya nggak balik?”
“Lah,
bukannya ruh memang terpisah dari jasad sementara ketika tidur?”
“Ya iya
sih. Tapi kan ngeri kalo nggak balik.”
“Ya ngeri,
karena kita nggak akan ada yang tau kapan ruh itu bener-bener dipisahkan dari
jasad untuk selamanya di dunia. Makanya kita diajarkan untuk bersyukur ketika
bangun dan masih mendapati ruh menyatu dalam jasad.”
“Alhamdulillahilladzi
ahyana ba’da maa amaatanaa wa ilaihinnusyuur..”
“Artinya?”
“Segala
puji bagi Allah yang menghidupkan kamii setelah kami mati. Dan kepada-Nya kami
kembali.”
“Alhamdulillah.. Semoga setelah ini kita semakin mampu untuk mensyukuri
hal-hal yang terjadi dalam hidup kita. Apapun itu.”
“Semoga.”
__
#day3
#30haribercerita
@zahidaannayra_
0 komentar:
Posting Komentar