Selasa, 15 Januari 2019

Kematian Sementara


“Kamu kenapa bangun tidur mukanya kucel begitu?”

“Ya, namanya juga baru bangun tidur.”

“Haha, iya, tapi kan nggak harus kesel gitu..”

“Pusing tau.”

“Kenapa?”

“Nggak tau. Bangun tidur bukannya malah fresh, tapi badannya sakit semua. Mana ni kepala nyut-nyutan gini.”

“Nah kan, bener. Nggak salah kan berarti kalau aku ngelihat kamu lebih kucel dari orang bangun tidur biasanya.”

“Hmm..”

“Berarti tidurmu nggak berkualitas dong. Sayang banget. Padahal kamu lumayan lama loh tidurnya.”

“Tau ih. Kenapa ya?”

“Hmm.. kamu ikhlas nggak tadi tidurnya?”

“Maksudnya?”

“Ya, sebelum tidur mungkin kamu spaneng mikir apa gitu. Atau mungkin emosimu lagi nggak stabil. Mau tidur masih jengkel sama orang. Jadi tidur dalam keadaan nahan emosi atau pikiran. Ya, semacam hal-hal yang bikin belum plong gitu lah.”

“Hmm, mungkin juga karena itu. Jujur aja sih, tadi sebelum tidur sempet jengkel banget sama orang. Jadi tidurnya agak-agak nggak tenang gitu deh.”

“Nah itu dia yang mungkin pada akhirnya bikin tidurmu nggak berkualitas. Karena ada hal yang mengganjal kuat dalam hati dan pikiran, sehingga mempengaruhi emosi. Tidur yang seharusnya bikin tenang dan fresh setelah bangun, malah jadi pusing selepasnya.”

“Trus harusnya gimana?”

“Ya diikhlasin aja. Apa-apa yang belum plong, sebelum tidur, cobalah untuk mengikhlaskan semua. Merelakan apa-apa yang terjadi. Pun memaafkan apa-apa yang tidak seharusnya dibiarkan berlarut dalam dendam dan emosi. Bukankah Rosulullah sendiri yang menitahkan kepada ummatnya untuk muhasabah sebelum tidur? Menghisap diri sendiri, menginsafi apa-apa yang salah selama ini, dan meminta maaf kepada mereka yang pernah terdzalimi. Toh itu semua untuk kebaikan diri sendiri, bukan? Sehingga nanti jika ruh ditaqdirkan untuk tidak kembali ke jasad ketika tidur, kita pergi dalam keadaan bersih.”

“Ih, ngeri amat sih. Masa’ iya nggak balik?”

“Lah, bukannya ruh memang terpisah dari jasad sementara ketika tidur?”

“Ya iya sih. Tapi kan ngeri kalo nggak balik.”

“Ya ngeri, karena kita nggak akan ada yang tau kapan ruh itu bener-bener dipisahkan dari jasad untuk selamanya di dunia. Makanya kita diajarkan untuk bersyukur ketika bangun dan masih mendapati ruh menyatu dalam jasad.”

“Alhamdulillahilladzi ahyana ba’da maa amaatanaa wa ilaihinnusyuur..”

“Artinya?”

“Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kamii setelah kami mati. Dan kepada-Nya kami kembali.”  

 “Alhamdulillah.. Semoga setelah ini kita semakin mampu untuk mensyukuri hal-hal yang terjadi dalam hidup kita. Apapun itu.”


“Semoga.”
__
#day3
#30haribercerita
@zahidaannayra_
Share:

0 komentar:

Posting Komentar