Kamis, 24 Januari 2019

Menimbang Syukur


Kadang, kita terlampau naif dengan merutuki hal-hal kecil yang dimiliki orang lain namun tidak kita miliki.Untuk kemudian lupa, bahwa banyak kesyukuran yang terlewat atas nikmat yang berlimpah, namun seolah sirna.

Sebab kedengkian dalam hati telah mendominasi tanpa kita sadari, hingga menjelma menjadi gumpalan hitam yang menurunkan hujan kenestapaan. Seakan-akan hidup kita paling menderita dibanding yang lainnya. Seakan-akan beban hidup kita lebih berat dari yang lainnya. Kemudian berpikir, bahwa Allah tidak adil terhadap hamba-hamba-Nya. Allah pilih kasih dalam menetapkan rizki dan nikmat untuk manusia.

Duhai, cobalah sejenak kita menutup mata. Rasakan betapa dunia gelap tanpa cahaya jika kedua bola mata ini tidak lagi Allah kehendaki untuk melihat indahnya dunia. Cobalah hirup dalam-dalam udara yang tidak ada batas dan bayarannya sepanjang detiknya. Bayangkan jika tiba-tiba Allah menjadikannya berbayar atas setiap oksigen yang kita butuhkan setiap harinya. Tentu banyak manusia yang tak akan bertahan lama hidup di dunia.

Duhai, lupakah kita akan nikmat mendengar, merasakan, nikmat sehat, kesempatan hidup, bahkan nikmat terbesar yang kita punya; iman dan islam yang masih melekat dalam kehidupan? Tidakkah kita lihat sekeliling; orang-orang yang menyayangi tanpa tendensi, mereka yang hadir membersamai hari-hari-hari? Bukankah itu semua nikmat tiada terperi?

Itu semua yang ada, dia pun juga punya. Lihatlah, dia begitu sempurna; tiada kurang suatu apa.

Ya, kamu merasa kurang, karena memang kamu kurang syukur. Kamu hanya hanya memandang sebuah kenikmatan dari segi banyak-sedikitnya materi yang ada, atau prestasi dan tampilan yang seolah-olah sempurna tanpa cela. Kamu merasa kurang karena kamu sibuk membandingkan kenikmatan-kenikmatan yang kamu miliki dengan apa-apa yang orang lain punya.

Sedang kita tidak pernah tahu, berapa malam yang mungkin mereka lalui dengan peluh dan perjuangan panjang untuk sampai di titik yang bagi oranglain mengagumkan dan menjadi impian.

Sadarkah, sampai kapanpun kita tidak akan pernah merasa puas dan cukup jika terus melihat ke atas. Cobalah sejenak merunduk; melihat mereka yang ada di bawah kita. Membayangkan seandainya kita ada di posisi mereka. Bayangkan jika suatu saat Allah menimpakan keadaan yang lebih buruk dari sekarang. Apakah semua nikmat yang kita punya harus diambil dulu, lantas kita baru mau bersyukur dan menyadari, bahwa karunia-Nya tak ternilai harganya?

Lainsyakartum la'aziidannakum Wa lainkafartum inna 'adzabii lasyadiid..

Mari merenungi, mari bermuhasabah diri. Sudahkah kita bersyukur hari ini?

__
#day10
#30haribercerita
@zahidaannayra_

Share:

0 komentar:

Posting Komentar