Selasa, 13 Desember 2016

Tak Seperti Kelihatannya





Bukan memendam, namun belum ada tempat  untuk mencurahkan..
Bukannya tak ingin cerita, hanya saja aku masih belum bisa untuk percaya

Memang, sedikit tersiksa dengan beban yang ada
Namun, akan lebih menyiksa, jika tempat mencurahkan tak seutuhnya bisa di pegang kata-katanya

Please, don't ever judge me
You never know who am I
You haven't know how I am

It's the reason that I worried  from the first time
I dislike the way you do to me
I hate for the real
Even you say with a weak way
That's a bad way for me

I hate, for the fact!
I hate, for the real!


Jangan pernah merasa telah mampu memahami oranglain seutuhnya. Bisa jadi, kita malah belum mengenalnya sama sekali_


@Ra~

Senin, 12 Desember 2016

Karna Peduli, Bukan Soal Basa-Basi


Dua tipe manusia yang tak akan terlupa sepanjang masa;
Orang yang menolong kita di saat susah
dan
Orang yang meninggalkan kita di saat kita sedang jatuh-jatuhnya
...



Life, is all about exam and sacrifice..

Kawan, setiap dari kita pasti pernah menemui sebuah ujian. Tak hanya sekali-dua kali. Namun, seperti telah menjadi sebuah keniscayaan, ujian akan selalu hadir membersamai hari-hari manusia. Cause this world is the place to fight, right?

Hidup ini adalah ranah ujian yang Allah sediakan untuk kita. Tempat di mana pertarungan akan selalu ada. Sebuah sunnatullah yang tak mampu kita hindari.

Kau tahu?
Ujian tidak hanya mengajarkan ketahanan kepada kita. Namun ia mengajarkan tentang sebuah pengorbanan dan empati yang terbentuk antara satu dengan yang lainnya. Akan terlihat; mereka yang benar-benar ada di saat kita sedang jatuh-jatuhnya. Akan nampak ketulusan dan pengorbanan mereka di saat kita sedang terpuruk-terpuruknya. Akan tersisa dari sekian banyak manusia yang akan tetap ada ketika kita sedang sakit-sakitnya. Akan nampak, siapa sebenarnya yang benar-benar peduli, atau hanya ada di saat bahagia.

Mereka yang tulus, mereka yang tanpa pamrih, mereka yang peduli, dan mereka yang hanya ada sebagai formalitas belaka.

Kau akan mampu melihat mana yang sejatinya benar-benar menjadi 'teman' bagimu, adalah saat dimana kau sedang berada di titik terendah kehidupanmu. Akan ada yang dulunya begitu ramai, menyertai dalam tawa, hadir dalam suka, pun membersamai dalam bahagia, melipir satu-satu. Tak kau temui wujud pun bayang mereka di sekitarmu, bahkan di saat kau benar-benar butuh akan mereka, melebihi saat dimana kau bahagia.

N.I.H.I.L. 

Mereka seolah lenyap begitu saja. Tak ada wujud pun rupa. Seperti tak pernah ada sejarah pertemuan kalian sebelumya. Bahkan ia yang sepertinya menjadi karib dalam bahagia, seperti asing dalam duka. Kedekatan yang seperti tak tampak adanya.

Namun. adapula beberapa dari mereka yang berbasa-basi; bertanya perihal keaadaanmu, hanya sebagai syarat penggugur. Absen, bahwa setidaknya mereka masih mengenalmu. Setidaknya mereka masih menganggapmu ada. Bukan berprasangka buruk, namun hati akan mampu membedakan keduanya. Tak akan dapat kalian pungkiri, bahwa sejatinya kedua hal itu benar-benar berbeda. Antara ketulusan, dan sebuah penggugur kewajiban belaka.

Di sisi lain, akan kau dapati mereka yang rela mengorbankan waktunya hanya untuk tetap ada di sisimu. Mereka yang mengedepankan kepentinganmu di atas kepetingan-kepentingan pribadinya. Meski tak sempurna, ia mengusahakan semaksimal mungkin kemampuan yang ada. Tulus, tanpa pamrih, pun tanpa ada keluh kesah.



Uluran tangannya terjulur, siap menarik kita dari keterjatuhan yang dalam. Ia terbuka lebar, siap menampung kemungkinan tangis yang luruh atas keterpurukan yang menimpa. Jari-jarinya siaga, menghapus bulir yang menderas dari kelopak mata.

Karena peduli, bukan soal basa-basi. Ia terlahir alami. Dan mampu dirasa oleh nurani. Bukan keterpaksaan, ataupun sebuah kewajiban yang mendorong mereka untuk bergerak. Namun ketulusan serta bersihnya hati yang akan menggerakkan jasmani.

Karena peduli, bukan soal basa-basi. Ia lekat dengan nurani, dan terpatri dalam sanubari ...


__
#satu pelajaran dari sebuah keterjatuhan_

Jumat, 09 Desember 2016

Menulislah, dan Jadilah Produktif




Tak mudah menjadi produktif dalam menulis. Seperti tekad seorang Tere Liye sebelum karirnya melambung tinggi. Meski sejatinya ide bertebaran di mana-mana, namun jika kita tidak mengetahui bagaimana menangkapnya, mereka akan lepas. Terbang begitu saja.  Apalagi setelah sekian lama kita sombong dengan ide-de itu sendiri. Membiarkannya lepas dan lewat begitu saja.

Bagaimana bisa menjadi penulis yang produktif, jika hal-hal kecil selalu kita anggap remeh, tanpa ada keinginan menuliskannya? Kau tahu? Banyak hal-hal besar yang lahir dari remah-remah yang selalu kita anggap remeh.

Hm, tekad yang rapuh mungkin..

Kurangnya azzam kita untuk untuk menjadi produktif itu sendiri. Hanya sebatas angan-angan tanpa realita. Seharusnya, sesulit apapun itu, tuangkan saja apa yang ada. Nggak perlu muluk-muluk, apa adanya saja.

Bedanya kita dengan Tere Liye, beliau komitmen dengan apa yang ditekadkan. Kemudian merealisasikannya terus menerus. Tidak peduli tulisannya seperti apa di awal. Ia percaya, perbaikan itu akan selalu ada di setiap prosesnya. Tulisan itu akan halus dengan sendirinya. Tidak peduli separah apa awalnya.

Apapun, segalanya akan terasa berat, pun terjal pada permulaannya. Dan itu tidak akan abadi. Kebaikan akan selalu mengiringi mereka yang bersabar akan setiap proses yang ada. Membenahi, mengevaluasi, dan mengambil pelajaran dari setiap kesalahan yang dibuatnya.

Tidak ada proses yang sia-sia. Segalanya menjadi bagian yang terlibat dalam sebuah kesuksesan yang menanti di depan mata.

Menjadi produktif dengan tulisan yang berkualitas memang tak mudah. Namun, akankah kita hanya diam dan bermimpi? Jangan harap, karena itu hanya akan menjadi angan-angan yang tidak akan pernah tercapai.

Menulislah..
Meski hanya tulisan sederhana

Menulislah..
Meski seakan tak bermakna apa-apa

Mulailah, karena segalanya berproses. Kau akan mendapati perbedaan pada tulisanmu sekarang, dan tulisanmu lima tahun mendatang..

Satu syaratnya, menulislah, dan jadilah produktif!

Salam Literasi! ☺

__
@zahidaannayra
#selftalk_