Jumat, 18 Januari 2019

Jodoh Orang Lain


“Kamu takluk banget ya, sama dia..”

“Hm?”


“sampe rela berkorban, ngalah sampe segitunya, ngelakuin  apa yang dia mau. Apa harus sejauh itu?”

__

Ya, kadang memang begitu realitanya kalau orang udah jatuh cinta. Sadar atau tidak, seakan ia telah memutuskan untuk merelakan dan mempercayakan separuh hatinya, atau mungkin seutuhnya untuk ‘dia’. Bahkan hal-hal di luar nalar pun seringkali mampu dilakukan, jika yang meminta adalah si dia.
Sampe rela ngorbanin kepentingan diri sendiri untuknya. Meluangkan waktu kapanpun dia minta.

Ya, kalau itu sama suami sih nggak papa. Justru menjadi ladang pahala. Dan malah hal itu menjadi tugas dan kewajiban yang memang dan harus selayaknya dilakukan oleh istri terhadap suaminya.

Kalau bukan?

Ah, alangkah ruginya hidupmu. Untuk apa berbuat sedemikian jauhnya namun tidak berarti apa-apa bagi diri sendiri dan kehidupanmu.

“Ya, itu namanya setia.”

Setia kepada siapa? Setia sama calon pasangan orang lain? Toh belum tentu juga nantinya ia akan jadi pasangan kamu, kan? Waah, jangan terlalu baik sampe mau njagain calon pasangan oranglain say. Nanti nyesel loh..

“Ya, kan bisa jadi juga dia nanti jadi pasangan kita. Namanya juga ikhtiar.”

‘Bisa jadi’ itu berarti belum pasti, kan? Kenapa nggak lebih milih untuk melakukan hal-hal yang pasti-pasti aja sih untuk hidup ini? Memantaskan diri misalnya. Memperbaiki diri untuk bersanding dengan orang yang memang pasti menjadi pendamping kita nantinya. Dan tentunya kepastian itu akan menjadi nyata setelah akad terlafadz. Bukan praduga yang sejatinya kita hadirkan sendiri. Itu baru namanya ikhtiar.

Toh jodoh tidak akan tertukar, bukan? Lalu, mengapa kita tidak memilih untuk percaya?
__

Duhai, hidup ini cuma sekali, and everyone know about it. Tapi justru kebanyakan dari kita lebih memilih untuk pura-pura nggak tahu tentang hal ini. Sehingga kesenangan dan kebahagiaan dunialah yang seringkali dipilih menjadi orientasi hidupnya. Bukan akhirat yang akan menjadi tempat berpulangnya.

“Ada kebahagiaan tersendiri tau, bisa bikin dia bahagia.”

Yes, I know exactly. Itu dia. Kebahagiaan itulah yang terus menerus ditiupkan setan agar kita betah berlama-lama. Hingga kemudian menjadi candu untuk terus melakukannya.

Kamu lupa, kalau setan pinter banget mengemas kemaksiatan dengan bingkai yang indah? Sampai-sampai orang yang melakukannya pun nggak sadar jika dirinya sedang melakukan kesalahan.

“Ngelakuin kesalahan? Sama siapa? Membahagiakan orang lain berpahala tauu..”

Ini dia salah kaprahnya manusia. Hobi menempatkan dalil pada hal yang tidak seharusnya. Sama seperti menempatkan sesuatu yang bukan pada tempatnya. Istilahnya, ‘maksa’. Memaksakan kehendak hanya untuk berdalih mencari pembenaran dari apa yang dilakukannya.

Duhai, jangan sampai persepsi ‘berpahala’mu itu justru sejatinya dosa yang dilaknat oleh-Nya. Na’udzubillahi min dzalik!
__

Sampai sini, kita bernapas dulu. Merenungi apa-apa yang tertulis. Kemudian berpikir baik-baik tanpa menyertakan hawa nafsu di dalamnya. Cobalah sedikit saja berpikir obyektif; dalam kacamata syariat, tentunya..

Akupun masih perlu banyak belajar. Sebab sejatinya, jihad yang paling berat adalah jihad melawan hawa nafsu. Namun berat, bukan berarti kita tidak mampu melawannya.

Mari berjuang sama-sama. Jangan biarkan setan yang mengendalikannya. Dan jadilah pemenang atas hawa nafsu yang mampu menggelincirkan kita. Nas’alullahal ‘afiyah.

__
@zahidaannayra_
#day5
#30haribercerita



Share:

0 komentar:

Posting Komentar