Jumat, 04 Maret 2016

Rasa Bersalah yang Kembali


"Hai Kak ..., kau pasti bosan ya ..." gadis mungil itu bergumam. Tangan kecilnya ia tengadahkan. Menampung bulir-bulir hujan yang menetes dari plafon rumah.

"Bahkan tanpa perlu kau jawab, akupun sudah mengerti jawabanmu. Kau pasti bosan. Bosan dengan keadaan aku yang seperti ini. Tak pernah mengabarimu terlebih dulu, menanyakan kabar, atau sekedar menyapamu." kali ini ia menggenggam butiran air yang mengalir lewat sela-sela jarinya.

"Hai Kak .., kau pasti kesepian, kan? Apalagi setelah kau memutuskan untuk tidak menghubunginya lagi. 

Kau menyesal, Kak? Sudah pasti. Tak apa. Toh ini semua wajar. Ia yang biasanya mendominasi hari-harimu, sekarang tak ada lagi. Sama sekali.-meski mungkin di luar sana ia masih menanti-

Maafkan, Kak ...
Telah banyak merepotkanmu. Menahan langkahmu. Bahkan membuatmu merasa sepi.  Meski kau mati-matian membunuhnya dengan berbagai alasan yang hanya kau ada-adakan. Maafkan aku yang seperti ini ..."

__
Kemudian gelap. Tepat ketika ia tengadahkan wajahnya. Menanti hujan yang tak kunjung reda. Ribuan tetes hujan menerpa tubuhnya. Gadis itu tak sadarkan diri. Dan hujan bertubi-tubi menerpa wajahnya yang pucat. Seolah menyalahkannya.

Sementara sel-sel dalam tubuhnya seperti mendidih. Mencipta aura panas yang membuat tubuhnya hangat. Tidak, tidak hanya hangat. Namun menjelma demam yang tinggi. 

"Jangan khawatirkan aku, Kak ..., aku baik-baik saja ...."

__
~fauqossariir_
  =bedrest=
Share:

0 komentar:

Posting Komentar