Jumat, 15 Januari 2016

Tunduk, patuh ...

Pagi tadi, gue sengaja nyempatin waktu buat nemenin sepupu-sepupu gue berenang di sebuah kolam renang kecil-kecilan milik seorang warga. Kolam renang ini sengaja disediakan untuk memudahkan anak-anak desa yang ingin renang. Tak perlu jauh-jauh ke kota. Cukup membayar lima ribu rupiah, anak-anak udah bisa berenang sepuasnya disana.


Tiba-tiba aja, segerombolan anak-anak kecil datang. Yaa ... seumuran anak kelas 1-2 SD lah. Nggak butuh waktu lama, mereka udah menyatu dengan air. Bermain riang, seolah udah lama banget nggak ketemu sama air. Gue heran, anak-anak sekecil itu, mereka udah pada pinter renang(Soalnya gue baru bisa renang kelas lima SD ... Hehe). Mereka udah kaya' ikan renang^^. Mondar-mandir kesana kemari. Kecipak air nyiprat kemana-mana. Seneng, gitu ngeliatnya. :v

Tapi, ada satu anak yang daritadi cuma berdiri di pinggir kolam. Ia cuma ngelihat ke kolam sambil sesekali ngikutin arah temennya berenang tanpa ikut masuk. Wajahnya tampak sedikit murung. Kentara sekali, ia pun ingin merasakan kesegaran air kolam renang bersama kawan-kawannya.  Gue kira, ia nggak bisa berenang, atau mungkin, takut. Karena memang ia terlihat paling kecil diantara temen-temennya. Karena penasaran, sengaja gue samperin si anak itu.

"Dek, kenapa nggak ikut renang? Belum bisa renang? Atau, takut?"

Bukan jawaban yang gue dapatkan, melainkan hanya gelengan kepala. Lah, kan gue bingung kalo jawaban dia cuma geleng-geleng.

Tiba-tiba aja temennya nyamperin dan dengan polosnya bilang;

"Kurang lima ratus og mbak ..."

Gue yang kaga' ngeh ama yang dia maksud, spontan aja nanya balik;

"Kurang lima ratus? Apanya?"

"Uangnya mbak ... tadi ngglundung, trus ilang deh ... jadinya nggak bisa bayar 5000 buat renang ...."

"Oalaaahh ... Haha ..." spontan gue ketawa ndenger penjelasan anak itu. Tanpa pikir panjang, gue kasih aja dia seribu.

"Makasih banyak Mbak ..."

 Dan dengan ekspresi riangnya, si anak langsung lari buat bayar renang. Langsunglah dia loncat ke kolam, bergabung bersama temen-temennya. Berenang lincah seperti ikan-ikan.

 Disisi lain, gue salut ama kejujuran anak kecil ini. 'Hanya' kurang lima ratus, yang sebenernya jika dia mau, dia bisa aja langsung nyebur ke kolam yang udah ada di depen mata. Namun dengan kepolosannya, dan rasa takut dia terhadap pemilik kolam renang yang sebenernya pun nggak lihat, ia lebih memilih untuk jujur; hanya berdiri di pinggir kolam dan menonton teman-temannya yang asyik bermain air.
___

Begitulah, terkadang ... ada baiknya kita untuk tetap 'polos'. Menjadi seperti anak kecil penurut, yang mau melakukan apa yang diperintahkan, dan takut untuk melakukan hal-hal yang dilarang. Karena cuma ada satu yang ada di pikirannya; Ia takut, dan nggak mau dimarahi.

Just it.
Dan ia dengan sendirinya berbuat, apa yang harus dan tidak dilakukan.

Begitupun seharusnya kita terhadap perintah-Nya. Apapun perintah-Nya. Bagimanapun caranya. Karna apa yang Ia perintahkan, pastilah yang terbaik untuk kita. Karena Ia, lebih tahu tentang diri kita, melebihi kita sendiri.

Just do it. Whatever, however ... 

Dengarkan, patuhi, dan lakukan. Tanpa membantah, tanpa banyak alasan. Belajarlah dari pikiran anak kecil; Karna kamu, nggak ingin yang memerintahmu marah. Karna kamu, nggak ingin Allah marah. 

It's simple, right?
Yes, simple word, but actually difficult to do. :)


#OneDayOnePost
#HariKeempat

Share:

5 komentar: