Senin, 22 Juli 2019

Terkenang


Kamu apa kabar?
Siang ini, ada kiriman paket mendarat untukku. Ada bubble wrapnya di dalem. Dan pikiranku langsung inget kamu. Katamu, ada kebahagiaan tersendiri mainan bubble wrap. Sesederhana itu. Dulu buble wrap itu sering jadi rebutan kamu sama yang lainnya. Sekarang ia teronggok; nganggur di atas meja.

Kamu apa kabar?
Apa kamu baik-baik saja di tempatmu yang baru? Sudah kerasan kah?
Apa kamu bahagia? 
Semoga.

Kamu apa kabar?
Baru dua bulan, namun hampa itu begitu terasa. Rasanya apa yang di dalam sana seakan siap untuk  meledak kapanpun ia mampu. Namun kau tau? Ia tertahan, seakan mengetahui, bahwa ini belum saatnya. Sepertinya ia paham, dimana muara yang harus ia tuju untuk menumpahkan segala-galanya.

Pernah, ia begitu bahagia. Seakan siap menumpahkan semuanya ketika muara itu telah ada di depan mata. Namun sekali lagi ia tertahan, sebab ada kapal lain yang sedang merapat di tempatnya. Menempati posisinya. Dan ia memilih untuk mengalah, menunggu untuk menepi. Meski pada akhirnya ia kehabisan waktu untuk itu.

Kamu apa kabar?
Aku ingin menangis, namun tak kuasa.
Aku tau aku rapuh, sehingga butuh akan sandaran yang mampu menenangkan tangis yang telah sekian lama tertahan. Aku tau aku butuh. Namun sepertinya aku harus bersabar sedikit lebih lama lagi.

Kamu apa kabar?
Sudah lama rasanya tak ada yang datang, bercerita, berceloteh ria, bahkan menangis di pangkuan, kemudian luruh dalam kisah yang tak mampu kau tahan. Kau tau? Hanya pada saat itu aku merasa begitu dibutuhkan, meski belum mampu menjadi teman yang mampu menenangkan.

Kamu apa kabar?
Setelah sekian waktu berlalu,
aku hanya rindu.


Itu saja. 
__