Kamu apa kabar?
Siang ini, ada kiriman paket mendarat untukku. Ada
bubble wrapnya di dalem. Dan pikiranku langsung inget kamu. Katamu, ada
kebahagiaan tersendiri mainan bubble wrap. Sesederhana itu. Dulu buble wrap itu sering
jadi rebutan kamu sama yang lainnya. Sekarang ia teronggok; nganggur di atas
meja.
Kamu apa kabar?
Apa kamu baik-baik saja di tempatmu yang baru? Sudah
kerasan kah?
Apa kamu bahagia?
Semoga.
Kamu apa kabar?
Baru dua bulan, namun hampa itu begitu terasa. Rasanya
apa yang di dalam sana seakan siap untuk
meledak kapanpun ia mampu. Namun kau tau? Ia tertahan, seakan
mengetahui, bahwa ini belum saatnya. Sepertinya ia paham, dimana muara yang
harus ia tuju untuk menumpahkan segala-galanya.
Pernah, ia begitu bahagia. Seakan siap menumpahkan
semuanya ketika muara itu telah ada di depan mata. Namun sekali lagi ia
tertahan, sebab ada kapal lain yang sedang merapat di tempatnya. Menempati
posisinya. Dan ia memilih untuk mengalah, menunggu untuk menepi. Meski pada
akhirnya ia kehabisan waktu untuk itu.
Kamu apa kabar?
Aku ingin menangis, namun tak kuasa.
Aku tau aku rapuh, sehingga butuh akan sandaran yang
mampu menenangkan tangis yang telah sekian lama tertahan. Aku tau aku butuh.
Namun sepertinya aku harus bersabar sedikit lebih lama lagi.
Kamu apa kabar?
Sudah lama rasanya tak ada yang datang, bercerita,
berceloteh ria, bahkan menangis di pangkuan, kemudian luruh dalam kisah yang
tak mampu kau tahan. Kau tau? Hanya pada saat itu aku merasa begitu dibutuhkan,
meski belum mampu menjadi teman yang mampu menenangkan.
Kamu apa kabar?
Setelah sekian waktu berlalu,
aku hanya rindu.
Itu saja.
__