Senin, 30 September 2019

Perjalanan Panjang Merelakan


“Setiap perjalanan ialah pengulangan. Tentang kesedihan demi kesedihan. Tentang kepahitan demi kepahitan. Tentang kebahagiaan demi kebahagiaan. Yang tidak bisa menolak berhenti di mana, kepada siapa".
Mungkin kamu pernah merasa sudah berjalan begitu jauh. Tapi nyatanya ketika melihat ke belakang, kamu masih di situ-situ saja. Kamu masih tertinggal, dan belum sampai di tempat tujuanmu.
Mungkin kamu pernah merasa hidupmu sudah menenangkan. Tapi nyatanya jalan terjal di depan sana masih saja menjatuhkanmu. Kembali melukaimu, dan kamu harus kembali berjuang sendirian menyembuhkan rasa sakitmu.
Mungkin kamu pernah merasa sudah menemukan perhentianmu. Tapi nyatanya masih saja berpaling. Kamu harus kembali berjalan, kembali mencari, hingga ada lagi yang bersedia mempersilahkanmu untuk berhenti.
Hidup ini sebuah perjalanan panjang merelakan. Menemukan, kehilangan lagi. Berdiri, terjatuh lagi. Tertawa, menangis lagi. Begitu seterusnya.

Tetaplah Menjadi Baik


Jangan bosan jadi orang baik, ya..

Meskipun saat itu kamu merasa sendirian dan jadi satu-satunya
Jangan pernah merasa tertekan ataupun tertindas
Karena sejatinya, saat itu kamu justru menjadi pemenang
Di saat orang lain tak acuh dan memilih untuk pergi

Kamu istimewa, karena hanya kamu yang berhasil melawan egomu dan memilih untuk peduli.
Jangan sedih, ketika mungkin suatu saat nanti perasaan dibuang dan hanya dimanfaatkan itu muncul dalam diri. Tengoklah kembali, bukankah kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri? Ketenangan itu hanya kamu yang mampu merasakannya, ketika ketulusan telah lahir dari lubuk hati.

Bersyukurlah, karna Allah memberikan empati yang lebih dalam dirimu dibanding yang lainnya. Nggak semua orang dikaruniai kesabaran sekuat kamu. Padahal justru itulah yang menjadi kunci dari ujian-ujian hidup kita.

Jangan bosan jadi orang baik, ya..

Karna, bahkan ketika kamu baru berniat pun, Allah sudah membalasnya; asal kamu benar-benar tulus berbuat karena-Nya
Meskipun saat itu masih ada keraguan untuk melakukannya, Allah yang akan kuatkan, dengan kemudahan yang lebih dulu ia kirimkan untukmu sebagai penguat, bahwa apa yang kamu lakukan itu benar adanya.

Kamu percaya kan, janji Allah adalah niscaya?
Jadi, tetaplah jadi orang baik, meskipun di mata manusia, kamu bukanlah siapa-siapa, bahkan terkesan jadi orang ketiga😄
__
-zahidaannayra

Senin, 23 September 2019

Hati yang Lapang


“Bila lelah lebih baik mengalah. Bila ragu lebih baik menunggu. Sebab hati yang lapang hanya bisa dipahami oleh pemiliknya sendiri”.
Berhentilah sejenak jika perasaanmu sudah sangat lelah. Menepilah sesaat dan izinkan hatimu untuk merebah.
Tidak apa-apa jika kamu harus mengalah. Terkadang keadaan memang membutuhkan sebuah kesabaran yang lebih untuk memahaminya.
Kuat atau lemahnya dirimu tidak diukur dari seberapa hebat kamu mempertahankan pendapatmu. Tetapi dari seberapa tulus hatimu mencoba untuk mengerti situasi.
Berilah sedikit jarak dari apa-apa yang kamu ragukan. Barangkali perasaanmu memang butuh waktu yang lebih lama untuk mempertimbangkannya.
Tunggulah hingga rasa percayamu tumbuh, hingga keyakinanmu dimantapkan untuk memilihnya.
Berani atau tidaknya mengambil keputusan, bukan soal cepat atau lambatnya kamu memilih. Tetapi soal seberapa yakin kamu menyerahkan segenap hatimu untuk menjadi bagiannya.
Sebab hati tak pernah salah memilih. Ia hanya ingin jatuh di waktu yang tepat, bersama perasaan yang benar.
Standarhttps://ibnufir.wordpress.com/page/1/

Minggu, 22 September 2019

Keterpisahan Itu..


“Aku nggak mau nangis.” Kataku selepas kamu memelukku, sejenak sebelum kamu benar-benar pergi dari hadapanku. Dan untuk hari-hariku selanjutnya.

Ya, akhirnya, semenjak aku sempat menangis membayangkan perpisahan ini beberapa bulan sebelumnya, pada akhirnya hari ini kamu benar-benar pergi. Dan tak kembali.

“Kenapa??" Tanyamu.

“Enggak. Biasanya aku baru kerasa nanti. Setelah kamu benar-benar tak ada lagi di hadapan.”

Benar saja, baru sepersekian detik mobilmu menghilang dari tikungan, rasanya seperti ada yang kau bawa pergi dari sini. Seperti ada yang tiba-tiba kosong di dalam sana. Satu celah yang memang ikut berongga seiring dengan kepergianmu.

Ah, sesak rasanya. Tapi aku mau nangis sama siapa? Kalau pelabuhannya pun tak lagi ada?
Ah, selalunya, kehilangan itu menyakitkan. Kehilangan selalunya mencipta ruang kosong yang tak mampu digantikan oleh apapun maupun siapapun.

Entah, pertemuan seperti apa yang pada akhirnya mendekatkan kita. Seseorang yang secara karakter mungkin sulit untuk share everything sampai sejauh ini. But, we did it. Aku pun tak pernah menyangka bisa memahamimu sejauh ini. Aku tak pernah menyangka bahwa kita bisa beriringan sejauh ini.

Kamu yang katanya nggak pernah bisa dan nggak mau nangis di depan oranglain, pada akhirnya kamu pun yang selalunya nggak bisa nahan airmata itu buat nggak keluar kalau udah ada di hadapanku.

Kamu, terimakasih telah berbagi banyak hal, yang mungkin nggak bisa kamu bagi ke sembarang orang. Terima kasih karena telah percaya.
Terimakasih juga, sudah berkenan menerimaku apa adanya. Merawatku ketika sakit. Mendengarkan ketika aku butuh untuk itu. Thankyu for being my shoulder to holding on..

Ya, pada akhirnya aku menangis. Sendiri. Selepas kepergianmu siang tadi.
Dan aku harus mulai beradaptasi lagi. Menghadapi segalanya sendiri. Tanpa kamu yang biasanya ada untuk berbagi. Sebab kamu tau, bukan suatu hal yang mudah untukku melakukannya pada sembarang manusia.

Kamu,  selamat jalan. Selamat berjuang. Yang harus kamu tau, ada doa yang senantiasa mengiringi langkah dan kepergianmu; dariku.
__
#latepost-