Jumat, 15 Januari 2016

Sepotong Hati yang Hilang

Kau tahu, betapa beratnya terperangkap dalam rasa ini?
Bahkan setelah mati-matian aku mencoba membunuhnya berkali-kali ...
Namun justru kerinduan yang memelukku kesana-kemari.



Aku tak pernah berfikir bisa mencintaimu. Setidaknya, mengagumimu sedikit saja. Bahkan untuk membayangkannya pun, aku tak pernah. Karna aku sudah menganggapmu sahabatku. Seorang pribadi yang asyik, dan selalu riang. Terbuka untukku dalam keadaan apapun.

Aku pikir, kau pun menganggapnya seperti itu.
Tapi ternyata aku salah.

____

Hari itu, ada yang aneh denganmu. Bbm dariku hanya kau baca. Bahkan tak ada tanda-tanda kau akan membalasnya.

Ping!!!

Ping!!!

Ping!!!

Aku frustasi. Hari itu, kau benar-benar berhasil membuatku jengkel. Kau kenapa?

____

23.30_

Ping!!!

Malas aku meraih hp. Hampir saja pikiranku berpetualang ke alam mimpi. Namun, notif Bbm yang berbunyi berhasil membuat rasa kantukku nyaris hilang.

"Ra, kau masih sadar?"

"Hey! Kemana aja lu hari ini? Chat dari gw cuma di-read. Sengaja? Nggak lucu tau!"

Aku mendengus kesal. Selagi dia ada, serta merta kutumpahkan kekesalanku atas kelakuannya. Tanpa memberinya kesempatan untuk bicara.

-R

Udah? Cuma di-read doang? Segitunya?

Eh, sepertinya ada yang aneh. Aku menelusuri kalimatnya satu-satu. Ada yang janggal disana. Tapi apa?

"Kau?"  tak biasanya ia menggunakan kata itu. Bahkan memanggilku dengan 'kamu' saja, hampir tidak pernah. Kenapa ini tiba-tiba jadi begitu?

"Ra, kau masih disana, kan?" 

Aku sengaja tak membalasnya.

"Udah puas belum, marah-marahnya?"

Entah kenapa justru sekarang aku yang merasa bersalah. Ada yang berbeda dengan sikapnya.

"Kalau kamu udah puas, aku mau ngomong serius sama kamu ..."

Kali ini, aku benar-benar penasaran. Rasa kantukku tadi hilang tak berbekas.

"Ra?"

"Hm?"

"Udah yaa ...,"

"Udah? Apanya yang udah?"

"Jangan temenan sama aku lagi. Aku bukan orang yang baik, Ra ..."


Aku tertegun. Entah kenapa, aku merasa ia seperti bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Tapi tetap saja, aku tak ingin terbawa suasana yang tiba-tiba saja berubah menjadi kaku.

"Lu lagi nglindur ya?"

"Enggak, Ra ... aku serius. Jangan berteman sama aku lagi. Aku bukan orang yang baik buat kamu."

"Lu ngomong apaan sih? Tiba-tiba jadi gini. Bercanda Lu tu nggak lucu tauk!"

"Maafin aku ya, Ra ... Makasih buat semuanya, selama ini ... Aku pamit, Ra ... Assalamualaikum ..."

"Hey, lu tu kena..."

Blank!

Tiba-tiba saja semua chat hilang. Bahkan sebelum aku selesai menulis. Bahkan sebelum aku paham apa yang sebenarnya terjadi.

Kontak bbm-ku di delcont. Aku panik. Buru-buru searching akun fb mu. Ada status terbaru disana;

Maafkan aku karna telah mengkhianati kepercayaanmu.
Maafkan aku atas rasa yang tak kau tahu
Aku tak ingin tertikam atas rasa yang tertahan
Aku tak ingin rasa itu berkembang semakin dalam
Karnanya, aku butuh waktu
Maafkan aku, karna telah mencintaimu
tanpa seiizinmu ...

~Bebek

Aku tertegun. Sama sekali tak menyangka. Sekeras apapun aku mencoba menenangkan diri, bahwa bisa saja status yang dia tulis bukan ditujukan untukku. Namun tak bisa. Disana tertulis jelas; 'Bebek'. Itu adalah panggilannya untukku.

Baru saja aku hendak menanyakan maksud dari statusnya, tiba-tiba saja;

Content Not Found

Aku terlambat. Kamu blokir semua, tanpa memberiku kesempatan untuk bertanya, bahkan .., protes, mungkin ....
Meskipun aku tak yakin bisa berkata-kata setelah itu.

Sempurna. Selesai sudah. Aku benar-benar kehabisan cara untuk menghubungimu, lagi ....
___

Kau tak pernah tahu,
bahkan mungkin, kau tak pernah memikirkan hal ini.
Kau memang pergi, namun kau tak pergi begitu saja.
Mungkin kau tak sadar,
bahwa kau pergi, membawa sepotong hati yang patah
Ya, itu hatiku. 
Yang tak pernah bisa utuh lagi.
Karna akupun tak tahu, kemana kau bawa pergi hati itu ....

___

#OneDayOnePost
#HariKelima

Share:

4 komentar:

  1. Balasan
    1. Bebek itu, panggilan dari si cwo buat Ra.
      Awalnya mereka sahabatan, truz si cwo-nya malah suka, dan menghilang gtu aja karna nggak ingin 'rasa'nya semakin dalam. Tapi setelah kepergiannya, Ra pun merasakan hal yang sama.

      Hapus