Kamis, 14 Januari 2016

Surat Untuk Hujan

Apa kabar, hujan?

Maaf, jika beberapa waktu terakhir ini, aku selalu menghindarimu. Berpura-pura tidur, bahkan sok sibuk saat kau datang. Maafkan aku.

Hujan, jujur..., aku rindu. 
Bolehkan?
Maukah kau datang untukku? 

Tapi, hujan ...
Kali ini, aku ingin kau datang sendiri. Aku tak ingin kau membawa surat-surat darinya, yang mungkin ... sempat tertahan untuk beberapa waktu, karna aku enggan menemuimu. Aku ingin kau datang sendiri, hujan ... 

Izinkan air mataku mengalir bersama bulir-bulir yang turun ...
Agar tak seorangpun tahu, jika aku menangis ...

Aku ingin berteriak, diantara derasnya hujan,
Agar tak seorangpun mendengar teriakanku
Agar tak seorangpun terganggu dengan cerita sedihku
Agar tak satupun iba terhadap sesenggukan tangisku.

Hujan,
 aku ingin bersamamu, saja.
Kau tak perlu berkata-kata. Kau tak perlu menghibur hatiku yang patah. Atau mungkin, membacakan sebagian surat indah darinya yang tertahan. Aku tak ingin.

Hujan, jika aku bisa,
aku ingin memelukmu ...
Menumpahkan seluruh sedihku. 
Agar kau tahu, bahwa rasaku benar-benar patah.
Agar kau tahu, bahwa aku yang tegar, mulai rapuh.

Hujan, 
maukah, kau datang?
Sendiri, saja.
Jangan bawa apapun, atau siapapun.
Aku hanya ingin bersamamu, saja.
Bolehkan, 
aku mengharap kehadiranmu, lagi?


#suara hati yang patah
#OneDayOnePost
#HariKetiga
Share:

1 komentar: