Selasa, 13 Desember 2016

Tak Seperti Kelihatannya





Bukan memendam, namun belum ada tempat  untuk mencurahkan..
Bukannya tak ingin cerita, hanya saja aku masih belum bisa untuk percaya

Memang, sedikit tersiksa dengan beban yang ada
Namun, akan lebih menyiksa, jika tempat mencurahkan tak seutuhnya bisa di pegang kata-katanya

Please, don't ever judge me
You never know who am I
You haven't know how I am

It's the reason that I worried  from the first time
I dislike the way you do to me
I hate for the real
Even you say with a weak way
That's a bad way for me

I hate, for the fact!
I hate, for the real!


Jangan pernah merasa telah mampu memahami oranglain seutuhnya. Bisa jadi, kita malah belum mengenalnya sama sekali_


@Ra~

Senin, 12 Desember 2016

Karna Peduli, Bukan Soal Basa-Basi


Dua tipe manusia yang tak akan terlupa sepanjang masa;
Orang yang menolong kita di saat susah
dan
Orang yang meninggalkan kita di saat kita sedang jatuh-jatuhnya
...



Life, is all about exam and sacrifice..

Kawan, setiap dari kita pasti pernah menemui sebuah ujian. Tak hanya sekali-dua kali. Namun, seperti telah menjadi sebuah keniscayaan, ujian akan selalu hadir membersamai hari-hari manusia. Cause this world is the place to fight, right?

Hidup ini adalah ranah ujian yang Allah sediakan untuk kita. Tempat di mana pertarungan akan selalu ada. Sebuah sunnatullah yang tak mampu kita hindari.

Kau tahu?
Ujian tidak hanya mengajarkan ketahanan kepada kita. Namun ia mengajarkan tentang sebuah pengorbanan dan empati yang terbentuk antara satu dengan yang lainnya. Akan terlihat; mereka yang benar-benar ada di saat kita sedang jatuh-jatuhnya. Akan nampak ketulusan dan pengorbanan mereka di saat kita sedang terpuruk-terpuruknya. Akan tersisa dari sekian banyak manusia yang akan tetap ada ketika kita sedang sakit-sakitnya. Akan nampak, siapa sebenarnya yang benar-benar peduli, atau hanya ada di saat bahagia.

Mereka yang tulus, mereka yang tanpa pamrih, mereka yang peduli, dan mereka yang hanya ada sebagai formalitas belaka.

Kau akan mampu melihat mana yang sejatinya benar-benar menjadi 'teman' bagimu, adalah saat dimana kau sedang berada di titik terendah kehidupanmu. Akan ada yang dulunya begitu ramai, menyertai dalam tawa, hadir dalam suka, pun membersamai dalam bahagia, melipir satu-satu. Tak kau temui wujud pun bayang mereka di sekitarmu, bahkan di saat kau benar-benar butuh akan mereka, melebihi saat dimana kau bahagia.

N.I.H.I.L. 

Mereka seolah lenyap begitu saja. Tak ada wujud pun rupa. Seperti tak pernah ada sejarah pertemuan kalian sebelumya. Bahkan ia yang sepertinya menjadi karib dalam bahagia, seperti asing dalam duka. Kedekatan yang seperti tak tampak adanya.

Namun. adapula beberapa dari mereka yang berbasa-basi; bertanya perihal keaadaanmu, hanya sebagai syarat penggugur. Absen, bahwa setidaknya mereka masih mengenalmu. Setidaknya mereka masih menganggapmu ada. Bukan berprasangka buruk, namun hati akan mampu membedakan keduanya. Tak akan dapat kalian pungkiri, bahwa sejatinya kedua hal itu benar-benar berbeda. Antara ketulusan, dan sebuah penggugur kewajiban belaka.

Di sisi lain, akan kau dapati mereka yang rela mengorbankan waktunya hanya untuk tetap ada di sisimu. Mereka yang mengedepankan kepentinganmu di atas kepetingan-kepentingan pribadinya. Meski tak sempurna, ia mengusahakan semaksimal mungkin kemampuan yang ada. Tulus, tanpa pamrih, pun tanpa ada keluh kesah.



Uluran tangannya terjulur, siap menarik kita dari keterjatuhan yang dalam. Ia terbuka lebar, siap menampung kemungkinan tangis yang luruh atas keterpurukan yang menimpa. Jari-jarinya siaga, menghapus bulir yang menderas dari kelopak mata.

Karena peduli, bukan soal basa-basi. Ia terlahir alami. Dan mampu dirasa oleh nurani. Bukan keterpaksaan, ataupun sebuah kewajiban yang mendorong mereka untuk bergerak. Namun ketulusan serta bersihnya hati yang akan menggerakkan jasmani.

Karena peduli, bukan soal basa-basi. Ia lekat dengan nurani, dan terpatri dalam sanubari ...


__
#satu pelajaran dari sebuah keterjatuhan_

Jumat, 09 Desember 2016

Menulislah, dan Jadilah Produktif




Tak mudah menjadi produktif dalam menulis. Seperti tekad seorang Tere Liye sebelum karirnya melambung tinggi. Meski sejatinya ide bertebaran di mana-mana, namun jika kita tidak mengetahui bagaimana menangkapnya, mereka akan lepas. Terbang begitu saja.  Apalagi setelah sekian lama kita sombong dengan ide-de itu sendiri. Membiarkannya lepas dan lewat begitu saja.

Bagaimana bisa menjadi penulis yang produktif, jika hal-hal kecil selalu kita anggap remeh, tanpa ada keinginan menuliskannya? Kau tahu? Banyak hal-hal besar yang lahir dari remah-remah yang selalu kita anggap remeh.

Hm, tekad yang rapuh mungkin..

Kurangnya azzam kita untuk untuk menjadi produktif itu sendiri. Hanya sebatas angan-angan tanpa realita. Seharusnya, sesulit apapun itu, tuangkan saja apa yang ada. Nggak perlu muluk-muluk, apa adanya saja.

Bedanya kita dengan Tere Liye, beliau komitmen dengan apa yang ditekadkan. Kemudian merealisasikannya terus menerus. Tidak peduli tulisannya seperti apa di awal. Ia percaya, perbaikan itu akan selalu ada di setiap prosesnya. Tulisan itu akan halus dengan sendirinya. Tidak peduli separah apa awalnya.

Apapun, segalanya akan terasa berat, pun terjal pada permulaannya. Dan itu tidak akan abadi. Kebaikan akan selalu mengiringi mereka yang bersabar akan setiap proses yang ada. Membenahi, mengevaluasi, dan mengambil pelajaran dari setiap kesalahan yang dibuatnya.

Tidak ada proses yang sia-sia. Segalanya menjadi bagian yang terlibat dalam sebuah kesuksesan yang menanti di depan mata.

Menjadi produktif dengan tulisan yang berkualitas memang tak mudah. Namun, akankah kita hanya diam dan bermimpi? Jangan harap, karena itu hanya akan menjadi angan-angan yang tidak akan pernah tercapai.

Menulislah..
Meski hanya tulisan sederhana

Menulislah..
Meski seakan tak bermakna apa-apa

Mulailah, karena segalanya berproses. Kau akan mendapati perbedaan pada tulisanmu sekarang, dan tulisanmu lima tahun mendatang..

Satu syaratnya, menulislah, dan jadilah produktif!

Salam Literasi! ☺

__
@zahidaannayra
#selftalk_

Selasa, 29 November 2016

Kamu, Apa Kabar?




Hai,,,
Apa kabar,,,
Aku masih peduli, bukan?

Biarpun kau selalu acuh, dan seringkali mengabaikan hadirku. Jangan khawatir, tak apa, aku sudah 
mulai terbiasa kok.. 

Tanpa luput, aku sentiasa mendoa kebaikan atasmu; semoga engkau baik-baik saja ‘di sana’. Ya, di sana. Karena memang aku hanya mampu melihatmu dari sini. Mengintip keseharianmu. Diam-diam 
mendo’a kebahagiaan untukmu.

Tak apa, kan?
Karena hanya dari sini aksesku. Terkesan terkekang ya? Nggak kok, justru malah luas tak berbatas. Aku memilih untuk berhubungan denganmu melalui-Nya. Lewat do’a-do’a yang selalu didengar oleh-Nya. Semoga. 

Bukankah Ia tak pernah abai atas pinta hamba-hamba Nya?
__

Kamu,

Apapun itu, semoga selalu diberikan yang terbaik. Meski tidak setiap yang terbaik itu hadir dengan wujud baik, kan?

Seperti halnya kita. Ihwal kita, mungkin jauh dari kesan baik. Namun, skenario-Nya tak pernah salah, bukan? Selalu ada takdir baik diantara kejadian yang mungkin tidak kita harapkan adanya.

Aku selalu percaya itu. Karenanya, aku tak pernah menyalahkan apapun yang terjadi diantara kita. Semuanya sudah cukup menjadi anugerah yang hadir dalam hidupku. Termasuk kamu.

Semenjak keterpisahan itu, aku memilih untuk menepi. Mengoreksi diri. Bermuhasabah atas segala yang telah terjadi.
Bukankah diam tidak selalunya berarti marah? Jarak yang ada, tidak selalunya mencipta jauh, kan? Mengapa harus khawatir? Bukankah do’a tak berbatas ruang dan waktu?

Percayalah, semuanya masih sama. Hanya sudut pandang kita yang mungkin berbeda. Yakinlah, semuanya akan baik-baik saja. 
Setidaknya, aku menjadi lebih mampu mematut diri. Membenahi kendali. Menata hati. Berharap menjadi sebaik-baik pribadi.

Hingga nantinya, takdir-Nya lah yang akan menentukan akhir dari kisah ini.
Apapun yang terjadi, segalanya adalah yang terbaik. 
Untuk aku, kamu, dan juga mereka.
__
Hei, kamu,,
Jangan sakit,ya..
Allahu yubarik fiik ...  :)

__
drizzle night_,
Ra~

Rabu, 16 November 2016

Rindu yang tertahan itu sakit, bukan?



Apapun yang terlihat, boleh jadi tidak seperti yang kita lihat.
Apapun yang hilang, 
tidak selalunya lenyap seperti yang kita duga.
Ada banyak sekali jawaban dari tempat-tempat yang hilang.
...
_TereLiye_

Ini bukan tentang sebuah kesalahan, Ai ..

Kau tak pernah tau, gimana rasanya kangen sama orang, yang sejatinya raganya dekat dengan kita.
Deket banget malah.
Tapi seakan, dia itu jauuuh banget..

Untuk menggapainya pun kau tak mampu, apalagi menyentuh hatinya, memeluknya mesra, kemudian berbisik tulus kepadanya; bahwa kau mencintainya karna Allah..

Kau nggak pernah tau, Ai
gimana sesaknya ...

__

Ini bukan tentang sebuah kesalahan _,,

Namun hati yang meronta ...
Ia menuntut rindu yang tak mampu terungkap,
rengkuh yang hanya mampu memeluk hampa
bisikan lirih yang kemudian hempas diterbangkan angin..

"Sampai kapan, Ai?"
Hanya itu tanya yang berulang kali menggema dalam nurani
Tanya yang berulang kali tertahan
Dan rindu yang lagi-lagi menjadi korban

Jujur, Ai .., aku rindu ...
Aku rindu,
namun lidahku selalunya tak sampai mengucap kata itu
Bukan ego atau gengsi yang menahannya,
namun airmata selalu lebih dulu mewakili semua kata

Maafkan lisanku yang tak sempat mengucap
Maafkan aku yang tak pandai mengendalikan tangis
Maafkan, jika semuanya terjadi di luar kendali

Semoga ini belum terlambat_

Uhibbukum, fillaah ...


@zahida~
_16.11.16_

Selasa, 15 November 2016

Melepasmu


Hasil gambar untuk gambar bayangan hujan

Kebahagiaan konon bisa lenyap;
oleh pihak ketiga, atau lekang oleh waktu
...


Aku tidak bisa berlama cemburu.

Mendengar rindumu, menerima keyakinanmu padaku yang kubalas dengan keraguanku, melihatmu ingin bersamaku, tapi membiarkan dirimu nyaman dalam cerita-ceritanya. Yang terparah: diammu adalah tanda bahwa kamu meminjamkan hatimu padanya, yang sebenarnya masih kamu titipkan padaku.

Aku melepaskanmu,” kataku akhirnya.

“Aku nggak bisa, Ra,” katamu.

“Kamu menyukainya?”

Kamu diam lagi.

“Itu artinya kamu bisa.”

Kamu entah tahu atau tidak, sejak hari itu, semua mimpi-mimpiku seperti kandas. Aku tidak tahu aku akan mengalami patah hati semacam itu. Aku memutuskan untuk pindah kos. Aku tutup semua cerita dan kenangan tentangmu. Setidaknya, aku masih bersyukur karena menyadari bahwa hidup masih terus berjalan tanpamu.
__


*Ahimsa Azaleav~

Minggu, 13 November 2016

Takdir Semesta


 Image result for gambar menunggu kekasih di malam hari


Jika kamu bertanya, siapa yang selalu ada di bait doa, tersenyumlah, sebab namamu tak pernah lepas dari genggamku.

Jika kamu bertanya, siapa yang kuinginkan ada di masa depanku, tersenyumlah, sebab semesta pun tahu, kamu adalah jawabku.
_

Diamku, bukan berarti tidak memperhatikanmu. Andai kamu tahu, selalu namamu yang kusebut sebelum aku terpejam malam.

Aku diam, karena aku ingin semakin memahami, jika mencintai, tak harus sekarang juga memiliki.
Mencintaimu, menyayangimu, mengkhawatirkanmu, sungguh, itu sudah bagian dari keseharianku. Mungkin tak kau dengar resahku. Namun percayalah, semesta setiap saat mendengar doaku untuk keselamatanmu.

Mungkin benar, saat ini kita sedang begitu dijauhkan. Tetapi,aku ingat perkataan; doa-doa itu kekuatan, ia sanggup mendekatkan.
_

Baik-baiklah di mana pun kamu berada. Mungkin, sekarang belum waktunya semesta mempertemukan kita. Semoga keyakinan kita sama, doa yang dilakukan bersama-sama, akan lekas sampainya.

Malam ini, doaku hanya sesederhana ini; semoga Tuhan mempertemukan dan menyatukan kita, dengan cara yang sebaik-baiknya.
__

#penakecil

Jumat, 11 November 2016

Far A Part


 
Kau tahu?
Allah mempertemukan kita untuk satu alasan.
Entah untuk belajar atau mengajarkan.
Entah hanya untuk sesaat atau selamanya.
Entah akan menjadi bagian terpenting atau sekedarnya.
Akan tetapi, tetaplah menjadi yang terbaik di waktu tersebut.
Lakukan dengan tulus. 
Meski akhirnya nanti, tidak menjadi seperti apa yang kita inginkan.
Bagaimanapun.
Tidak ada yang sia-sia, karna Allahlah yang mempertemukan. 

 Tere Liye~


"Kak, bagaimana caranya mengetahui, sejauh mana hati kita benar-benar telah beranjak darinya?" tanya perempuan itu. 

Lelaki itu tersenyum. Kemudian memandang sekilas gadis di sebelahnya.

"Ketika namanya disebut, ketika sekelebat sosoknya muncul dalam bayang, ketika kau teringat akan setiap kekatanya, atau.., saat hujan yang seolah menjadi penghubung rasa diantara kalian itu berderai.., masih adakah debar yang tersisa dalam detakmu?"

Perempuan itu menunduk. Meredam rasa dalam hatinya. Bahkan saat ini, hatinya tengah bergetar. Nanar.

"namun, jika kau telah mampu mengukir senyum tanpa rasa sakit akan keterpisahan itu, mungkin hatimu telah mampu untuk memposisikan ia dalam bingkai yang seharusnya. Tempat yang tepat, di dalam sana. Meski berulang kali bayangnya muncul dalam benak, kau akan baik-baik saja." lanjut laki-laki itu, tanpa menunggu jawaban atas pertanyaannya.

"Apa, itu artinya aku melupakannya?"

Lelaki itu menggeleng.
  
"Justru dia ada, dalam konotasi makna yang berbeda. Kau bukan melupakannya. Namun kau mampu berdamai dengannya. Dengan rasa itu. Kemudian kau mensyukurinya. Hingga rasa sakit itu, kemudian berubah menjadi lapang yang menenangkan."

Gadis itu tersenyum. Menghela napas lega. Ada hangat yang diam-diam menyelusup dalam hatinya.

:')

__

Bukankah cara terbaik menghadapi masa lalu, adalah dengan dihadapi?
Berdiri dengan gagah, menyambutnya dengan damai, menerima apa adanya.
Buat apa dilawan, dilupakan?  
Itu sudah menjadi bagian dari hidup kita.
Peluk semua kisah itu. Berikan tempat terbaik dalam hidupmu.
Dengan kau menerimanya, pelan-pelan ia kan memudar dengan sendirinya.
Disiram oleh waktu, dipoles dengan kenangan baru yang lebih bahagia.
Apakah mudah melakukannya?
It's difficult!
Tapi bukan berarti mustahil! 
...


 
@Ra~
#repost
kau tahu?
terkadang, mengenang itu, indah! ^^

Sekeping Cinta Tere Liye


 In the end, people will forget what you say
People will forget what you do
But people will not forget;
 how you made the feel
 ...

@masihsama_
Ceritanya, kemarin hari Jum'at tanggal 4 November 2016, Alhamdulillah gue berkesempatan ikut acara talkshow-nya Tere Liye untuk pertama kalinya, setelah beberapa kali gagal ikut event sharing bersama beliau di beberapa tempat. Meskipun perjuangan banget biar bisa ikut menghadiri acaranya, tapi tak apa lah, yang penting gue bisa menyerap ilmunya langsung dari beliau. ^^

Disini, gue nggak akan menjabarkan tentang isi talkshow kemarin, atau gimana nulis yang bener menurut beliau (yang ini suatu saat nanti, Insya Allah). Disini, gue cuma pengen nge-share suatu pelajaran yang menurut gue penting banget. Pelajaran tentang kehidupan yang diem-diem gue serap sepanjang berjalannya acara talkshow bersama Bang Tere. Yang mungkin, tidak banyak yang menyadarinya (atau mungkin nggak sama sekali?).

Karena judul acaranya adalah talkshow, jadi tentu saja berbeda dengan seminar-seminar biasanya. Lebih banyak tanya jawab interaktiv antar pembicara dan hadirin yang ada. Kita bebas mau tanya apa aja (seputar kepenulisan dan buku-buku beliau tentunya), dan beliau akan langsung menjawab dalam beberapa sesi pertanyaan.

Nah, disinilah pelajaran yang diem-diem gue dapatkan.

Setiap kali ada peserta yang bertanya, Tere Liye selalu bertanya perihal nama.  "Siapa nama kamu?" 
Begitu seterusnya, hingga satu sesi habis oleh beberapa penanya. Baru kemudian beliau akan menjawab satu persatu pertanyaan mereka.

Disetiap Tere Liye menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi, beliau selalu menyebutkan nama penanya tersebut. Dan itu nggak cuma di awal. Berulang-ulang, hingga jawaban yang diberikan olehnya habis. Bahkan, beliau memberikan motivasi serta do'a kepada sang penanya. Membuat mereka merasa tersanjung dan optimis dengan impiannya sebagai penulis, akan terwujud.

"Saya yakin, Zahra (nama samaran ^^), bisa jadi beberapa tahun kedepan, kamu lebih terkenal dibanding saya sekarang, dan bisa jadi, saya yang akan membaca buku-buku kamu nantinya." ujarnya mantap suatu kali, mengakhiri jawabannya atas pertanyaan salah satu peserta.

Siapa sih, yang nggak tersanjung? Siapa sih, yang nggak senang namanya disebut, dipanggil berulang-ulang di diantara sekian banyak orang yang hadir, apalagi oleh seorang penulis yang banyak dijadikan contoh oleh para penulis pemula seperti kita-kita ini? (mungkin gue aja yang pemula. hhe..). Seolah-olah, hanya dia seorang yang diajak ngomong sama Bang Tere. Seolah-oleh hanya dia yang diberikan motivasi, disemangati, dan didoakan sedemikian yakinnya.

***
Pandanglah wajahnya, tatap matanya, sebut namanya, dan ucapkan dengan ketulusan yang mengalir dari  hatimu. Niscaya kata-kata itu akan mudah diterima, menyerap dalam hati, dan mengendap lama. Tak akan mudah dilupakan, dan terngiang sepanjang usia.

Entah disadari atau tidak, nampaknya Bang Tere telah menerapkan itu untuk membuat nasihatnya tidak sekedar didengar, tapi merasuk dalam hati setiap orang. Menjadi motivasi besar bagi mereka. Membuat mereka tersanjung, kemudian bersemangat untuk menggapai cita-citanya.

Aih, salut buat Bang Tere!
Berharap suatu saat gue bisa seperti beliau, bahkan lebih baik. Amiin_ ^^



@zhda-
~berasa aneh nulis kayak gini^^ It's been a long time :)

An Excellent Gift


 Image result for ira lathief do what you love


In the end, people will forget what you say
People will forget what you do
But people will not forget how you made them feel..

 
"Ra, nih buat kamu." katanya tiba-tiba sembari menyodorkan sebuah buku.

Aku yang sudah membaca gelagatnya dari tadi, mafhum, akan sesuatu yang sedari tadi ingin ia katakan, namun berulang kali tertahan; menunggu waktu yang tepat; mungkin. ^^

"Hm? Apa nih? Ciyee, yang lagi baiik ..."

"Apa sih, enggak tuh, biasa aja." jawabnya sambil berusaha untuk bersikap normal; seperti biasa. (Aku tahu kok, kau sedang mencoba agar suasananya tidak berubah  awkward. ^^)

"DO WHAT YOU  LOVE, LOVE WHAT YOU DO" ucapku mengeja pelan judul buku yang masih tersegel rapi itu. Desain covernya unik, menyerupai dua buku bolak-balik. Bersampul merah dengan putih sebagai kombinasinya. Full color. And I love it so much! (You know, seriously, it's really what I feel!)

Sebuah hadiah. Meski tanpa sampul kado. Tanpa basa-basi. Apa adanya. Bahkan masih ada label harga yang disobek ujungnya. ^^ (But, that's what I like from yourself. :))

Kita selalunya begitu. Tak ada romantis-romantisnya, kata mereka. Mengalir begitu saja. Diselingi tawa yang tak pernah alpa. To the point. Justru mungkin, jika hadiah itu datang dengan segala atribut sampul kado beserta seremonial layaknya orang lain yang saling memberi hadiah, bisa jadi malah terkesan aneh bagi kita.

Bukan barang yang terpenting bagiku saat itu, namun arti dari sebuah persaudaraan yang dibangun diatas altar indah bertitle Ukhuwah. (But, that's the right gift for me. You've known, that I like reading much. Thanks!)

Satu yang tak pernah berubah darimu. Kau selalu tulus. Satu ketulusan yang selalu ingin membuatku untuk belajar banyak darimu. Tanpa pamrih, pun tanpa banyak berpikir panjang. Jika kau ingin memberi, saat itu juga kau akan memberi. Entah bagaimana keadaanmu saat itu.

Tak perlu muluk-muluk seperti apa yang orang lain lazimi. Ketulusanmu cukup membuat naluri ini tersentuh. Dan pengaruhnya akan abadi, seperti apa yang tertulis di halaman pertama buku kecil pemberianmu.
 
Aih, whatever, I like this book so much! And speechless to say anything.
Kelak, akan aku ceritakan pada dunia,
I proud  that I've friend like you!

this book from you! ^_^
@zhda_
 08.11.16

Rabu, 02 November 2016

Hadiah Terindah



Kawan,
Pernahkah kalian merasa;
Ingin segera bekerja, mencari uang, kemudian mendapatkan penghasilan yang banyak untuk membahagiakan kedua orangtua?

Bagaimana caranya mendapatkan uang yang banyak secara instan, agar dapat membelikan mereka makanan yang enak, pakaian yang layak, dan memberikan hadiah terbaik untuk keduanya?

Ingiin segera membahagiakan mereka, dengan setidaknya sesuatu yang dapat kita berikan hasil dari kerja keras serta keringat kita sendiri.

Namun rupanya, taqdir belum berpihak pada kita. Kesempatan itu, belumlah menjadi milik kita. Dan kemudian rasa bersalah itu muncul. Ketika kita menyadari, bahwa kita masih bergantung pada keringat mereka.

Sedangkan kemudian kita sadar, waktu yang ada tidaklah banyak. Kesempatan yang tersisa semakin menyempit, seiring bertambahnya usia kita, pun mereka. Sebagai anak perempuan, ada kekhawatiran tersendiri yang tidak bisa dirasakan oleh mereka, kaum laki-laki. Ada rasa takut yang membayang seiring berjalannya waktu menuju kematangan usia.

Masihkah kita bisa untuk lebih lama menemani orangtua terkasih, membersamai mereka di masa-masa senja yang mulai menguning, merunduk pada penghujung yang entah?

Ah, sedang kita pun menyadari, huru-hara akhir zaman semakin mendekati batasnya, meski kita sama sekali tak mengerti kapan akhir dari segalanya, namun setiap tanda yang muncul, nampak semakin nyata.

Umii, Abi,,
Betapa terbayang wajah keduanya. Wajah suci yang bercahaya. Penuh guratan kehidupan yang sarat oleh makna. Senyum penuh kasih serta cinta yang tiada habisnya.

Ah, bagaimana aku mampu untuk setidaknya membahagiakan kalian?
Karena untuk membalasnya, aku sebenar sadar, bahwa kebaikan seluas langit dan bumi yang aku lakukan, tak akan mampu menebus seujung kuku pun keringat yang menetes atas jerih payah penuh cinta dari kalian.

Kau pernah merasakannya, kawan?
_

Kekhawatiran itu wajar adanya. Rasa yang seharusnya ada pada nurani seorang anak. Karena kita sayang, karena kita cinta, karena kita tak ingin menyesal di akhirnya.

Harta yang kita berikan, makanan lezat yang mampu mengenyangkan mereka, perawatan yang membuat mereka senantiasa sehat di sepanjang usianya, ketahuilah, bukan itu yang mereka inginkan. Bukan hal dunia yang mereka harapkan dari anak-anaknya. Bukan harta yang membuat mereka bahagia.

Kawan,
jadilah sholih sholihah. Jadilah permata yang menyejukkan hati mereka. Jika memang belum masamu untuk bekerja, carilah ilmu sebanyak-banyaknya. Belajarlah dengan sebaik-baiknya. Tekunmu dalam belajar serta kesungguhanmu dalam menyelami ilmu adalah bentuk baktimu pada mereka. Jangan sia-siakan mereka atas peluh yang menetes di setiap detiknya; mencarikan nafkah untuk kalian.

Agar kalian berguna untuk ummat.
Agar kalian mampu bersyukur.
Agar kalian berbakti. 

Doakan mereka.

Agar Allah mudahkan urusan mereka.
Agar Allah sehatkan mereka.
Agar Allah limpahkan rizki-Nya untuk mereka.
Agar Allah karuniakan kesehatan serta umur yang panjang bagi keduanya.
Agar kalian dipertemukan sebagai keluarga di JannahNya.
_

Jadilah sholih-sholihah. Berbaktilah. Doakanlah.
Itu akan menjadi hadiah terindah, melebihi harta yang kau usahakan untuk mereka.

اللهم اغفرلي ولوالدي وارحمهما كما ربياني صغيرا 

_
#missing
@zahidaannayra~

Senin, 26 September 2016

Walked Away


Kau ..,
selalunya begitu
hadir, kemudian pergi

ada,
kemudian tiada

seperti angin lalu yang berhembus
entah bermuara di mana

pun bermula dari mana

menyapu tempat-tempat tinggi
tak menentu,
terbang rendah

tak melewatkan sehelai rumput
menjadikannya bergoyang

kemudian kau tinggalkan,
lagi

Seperti lebah yang pergi
tika cecap tak lagi murni
hambar,

tanpa rasa

Ada yang baru, kau pergi
carik yang lama telah lunglai

tanpa menoleh
barang sejenak

abai,
tak peduli

Kau;
jangan pernah datang,
jika tak ingin kembali_


@Ra~ 

Rabu, 31 Agustus 2016

Bagimu Syurga


 Image result for gambar jangan marah


Ada kalanya, diam menjadi pilihan terbaik, ketika tak ada hal lagi yang bisa kita lakukan. Menjadi lebih baik, ketika selangkah saja kita bergerak, justru segalanya akan menjadi lebih runyam. Dan permasalahan akan semakin rumit untuk diselesaikan.

Seperti ampas. Semakin kita mengaduknya, semakin bercampurlah ia. Menyatu dengan air yang tak lagi jernih. Semakin sulit  bagi kita untuk memilahnya. Memisahkan mana yang seharusnya dibuang, atau dibiarkan begitu saja.

Dan menunggu, mungkin pilihan terbaik untuk saat itu. Tunggulah agar semuanya reda. Tunggulah, sampai semuanya mengendap. Tenang, dan jernih. Biarkan waktu yang akan meredam semua ampas itu.
Nanti, jika semuanya benar-benar telah mengendap, jangan sedikitpun kau menyentuh endapan itu, meski hanya dengan sebuah sentilan lembut, apalagi mengaduknya.

Biarkan, nikmati saja jernih yang ada. Bukankah kau telah menunggu waktu untuk membuatnya tak lagi bercampur, kotor, dan tak bisa dinikmati?

Banyak hal-hal yang terjadi belakangan ini. Membuat sedikit banyak pikiran tertuntut untuk kerja lebih ekstra dari biasanya. Tak dapat kupungkiri, di sela penat yang kian memuncak, frekuensi emosi pun meningkat. Menuntut kesabaran serta pengambilan sikap yang tak lagi mudah. Perlakuan di luar kehendak pun seringkali terjadi. Lepas kontrol akan penstabilan emosi. Betapa tak mudah titah yang bahkan Rosulullah ta'kid, ketika sahabatnya meminta  nasihat kepadanya; Jangan marah! Jangan marah!

Image result for gambar jangan marah

Singkat, padat, dan jelas. Namun realisasinya, sangat tidak mudah. Latihannya membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Dengan ujian yang beragam. Tentunya terus meningkat, setara dengan level keimanan kita. Mampukah? Sesabar apakah kita?

Iyakah, masalah yang kita hadapi seberat ayahanda Ya'kub alaihissalam, yang didustai oleh kesepuluh anak-anaknya perihal kematian Yusuf?

Atau, apakah masalah yang membuat kita marah itu, sudah sesakit Nabi Muhammad, ketika berdakwah, namun diusir dan dilempari batu?

Bahkan beliau pun mendoakan kebaikan kepada mereka, ketika malaikat bahkan menawarkan untuk menjatuhkan gunung kepada mereka yang mengusirnya.

Diam, terkadang menjadi lebih baik. Dengan kerendahan hati serta lapang yang kita luaskan untuk meredam segalanya. Diam,, namun doa tak pernah berhenti merapal syahdu. Diam, namun dengan membangun bata demi bata kesabaran yang lebih tinggi dari sebelumnya. Berharap senyum akan tetap terukir, meski frekuensi kemarahan, telah mencapai ubun-ubun pertahananan.

Meredam amarah, sama dengan menggagalkan upaya syaithan untuk menguasai hati, jiwa, dan pikiran kita. Membuatnya gagal dengan segala bisikin serta hembusan yang meniadai dinding kesabaran. Membuat hati kita lebih lapang, serta derajat kesabaran itu, akan naik satu tingkat dibanding sebelumnya.

Dalam mengelola emosi, Aristoteles punya bahasa sederhana,
"Untuk marah itu memang mudah. Yang sulit, adalah marah pada saat yang tepat, dari orang yang tepat, kepada orang yang tepat, dalam porsi yang tepat."

Selamat memposisikan diri, mengelola emosi dengan keutuhan sadar yang mendominasi ... ;)

Image result for gambar jangan marah
Jangan marah, bagimu syurga ..



@zahidaannayra_
#selfreminder

Jumat, 26 Agustus 2016

Fase Ketegaran


Image result for gambar bayangan



Di bumi yang kau jejak, akan kau lewati satu fase yang mungkin terasa pahit, namun harganya sangat mahal. Fase yang menghadiahkanmu sekeping nilai, bahwa kehidupan sejati bukan buat bermanja, bermewah diri, dan melupakan nasib orang yang kurang beruntung. Hanya di sana kau dapat belajar, bahwa hidup ini adalah bagaimana memaknai setiap keadaan dan merayakan semua peristiwa. Bukan tentang pujian dan cemooh orang, bukan juga tentang harapan diluar dirimu.

Fase itu akan membisikkanmu kalimat-kalimat yang bahkan belum pernah kau dengar sebelumnya;
Tegarlah. Angkat pandanganmu. Tetaplah melangkah dan nikmati tiap bebanmu. Jika jalanmu terasa makin berat, itu berarti kau sedang berjalan ke puncak. Tapi ingatlah, hanya curamnya bukit yang bisa menghantarkanmu lebih dekat ke puncak mimpi. Lebih dekat dengan cahaya surya, sekaligus lebih leluasa memandang ke segala penjuru cakrawala.


Image result for gambar bayangan

Fase itu mungkin akan akan mendamparkanmu pada pantai sepi, tapi ia lebih berharga dari bangku sekolah yang ramai. Mungkin angin yang galau mengancam semangat yang ringkih. Tetapi apabila mampu melewatinya, maka kehangatan akan menemanimu di belahan bumi manapun kau hidup.

Setiap orang, pernah disapa fase itu, karena keadilan Tuhan akan memberikan kesempatan secara merata pada semua. Tetapi hanya sebagian yang dapat menangkapnya menjadi bekal yang bernilai. Selebihnya, menyerah, mengeluh, menyalahkan Tuhan, sebab ia digoda oleh setan-setan jalanan.

Setan-setan jalanan itu ialah menggantungkan mimpi kepada makhluk; berupa harap pujian atau takut cemoohan orang lain. Ada banyak yang mengerti mana jalan kebenaran yang patut diperjuangkan tetapi menyerah karena berharap pujian atau tidak tahan dengan cibiran.

Setan jalanan itu ialah berprasangka buruk kepada oranglain. Apapun kebaikan mereka diartikan negatif. Itu berbahaya dan membuat rapuh, maka ia juga setan di jalan ketegaran.

Setan jalanan itu, ialah kedengkian atas kelebihan orang lain, sikap ego ingin menjatuhkan oranglain, merasa lebih baik dari orang lain, atau minder karena merasa oranglain lebih unggul.

Setan jalanan itu ... masih banyak lagi, sebab setiap lembah dan musim punya setan-setan jalanannya tersendiri. Mereka bertugas melemahkanmu melewati fase itu. Fase yang mungkin terasa pahit, namun harganya sangat mahal; itulah Fase Berjuang.


_
Ankara, 13 Desember 2011
Faris BQ_


Kamis, 25 Agustus 2016

Melogikakan Rasa


Image result for gambar bayangan


Ada sebagian rasa yang selamanya tidak bisa kau mengerti,
maka tidak perlu berbuat bodoh untuk mencoba memahaminya

Ada sebagian rasa yang selamanya tidak bisa kau elak,
maka tidak perlu berlagak jagoan untuk dapat menyingkirkannya

Ada beberapa rasa yang tidak bisa dipaksa hadir,
maka tidak berguna segala ancaman dan rayuan untuk membuatnya datang
 
Ada rasa yang membuatmu kuat, ada pula yang membuatmu lemah
Ada yang bisa disembunyikan, ada yang norak tidak peduli

Ada rasa yang tidak bisa dibuat main-main seperti bermain api dan air, 
atau mawar dan duri, atau bermain-main di dunia fantasi

Banyak yang mengabaikan,
tapi banyak juga yang menyadari

Engkau bagaimana??

_Faris BQ_ 



Imperium Maktab,
menjelang tengah malam_



  

Jumat, 19 Agustus 2016

Percaya

 https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwi__pPilM3OAhXKvY8KHQVABHwQjRwIBw&url=http%3A%2F%2Fkartun.co%2Fgambar-kartun-romantis.html&bvm=bv.129759880,d.c2I&psig=AFQjCNET5Bwp7lGRFqwBipq_4H8FEecYVw&ust=1471685074061470

Perempuan itu menepi. Menunggu kekasihnya yang ada di atas sana. Sebuah panggung peluncuran bukunya yang pertama. Ditemani seorang panitia yang membimbingnya ke sebuah meja di sisi lain ruangan itu. Ia menunggu dengan sabar. Sembari melepas penat seharian ini. Senyumnya menyimpul bangga diantara peluh yang menetes. Setelah berdesakan, akhirnya ia mampu keluar dari kerumunan penggemar yang mengantri foto berikut tanda tangan dari sang penulis.

"Selamat ya, Mbak, akhirnya tulisan-tulisan suami mbak dalam blog yang selalu ditunggu oleh pembaca, berhasil juga dibukukan. Saya termasuk penggemar berat tulisannya loh mbak ..." ujar panitia yang menemaninya tadi. Membuka pembicaraan.

Perempuan itu tersenyum, sudut matanya mencuri pandang pada kekasihnya. Meski sekilas, tatapan mereka bertemu. Ia sedikit jengah, suaminya berada di antara para penggemar yang mayoritas adalah wanita. Meski tetap menjaga jarak, banyak dari mereka yang meminta foto berdua, bersama buku yang ditulisnya. Tersenyum bangga, mampu bertemu langsung dengan sang idola.

Ia mengalihkan pandangan, mengambil botol dari tas dan meminumnya. Menuntaskan dahaga yang membuat tenggorokannya kering.

Ting!

Sebuah pesan masuk. Matanya menyipit, memandang nama yang tertera di layar handphone.

"Jangan cemburu ya, Sayaang ... aku terlanjur jatuh cinta dengan kesetiaanmu. Hanya ada satu wanita yang berkali-kali menarik perhatianku sedari tadi. Membuatku terus-terusan menoleh ke sudut ruangan ini.

Ada kamu disana."

Perempuan itu tersipu. Tak mampu menyembunyikan senyum yang melengkung di bibirnya. Lagi; ia mencuri pandang ke atas panggung. Mencari sosok yang selalu mampu meluluhkan pertahanannya. Matanya bergerak kesana kemari. Mencari satu-satunya objek yang menarik perhatiannya.

NIHIL.
Yang dicarinya tak lagi ada di tempatnya. Hanya ada peserta yang tersisa, berfoto bersama banner yang ada di panggung utama.

"Cari siapa, sayang?"

Ia tergagap. Hatinya mendadak berdebar. Suara itu, selalu datang tiba-tiba. Memberinya kejutan yang selalu mampu memacu jantungnya untuk berdetak lebih cepat.
Dia; kekasihnya, suami yang kepadanya ia labuhkan cintanya.

__