Rabu, 26 Agustus 2015

Life Is A Choice




Anak-anak itu, layaknya embun di pucuk shubuh.
Bersih, jernih, suci.
Setelahnya, ada yang jatuh tertimpa sinar, 
Atau meruap bersama mentari.

~@zahidaannayra


"Aku dulu ... aku dulu ..."

Anak-anak itu berlarian ribut. Berlomba menjadi yang pertama mendapatkan kran air mushola. Berebut untuk menjadi yang pertama berwudhu. 

Peci-peci mungil digantungkan. Kemudian terdengar kecipak air. Membuncah. Bertabrakan dengan keramik. Menimbulkan suara gemericik yang bermelody indah. Menjadi iringan diantara keriuhan suara-suara mungil yang belum juga reda. 

Dhuha itu, syahdu.

****

Pagi telah menjelma terang. Membawa matahari naik sepenggalah. Pagi yang syuruk, telah menjelma dhuha yang hangat. Kehidupan makhluk di bumi kembali berputar. Mengikuti arus kehidupan yang tak pernah mau berhenti, meski sejenak saja. Seperti rotasi bumi dan matahari. Jika sekejap saja beristirahat dari perputarannya, hancurlah semua. Bertabrakan satu sama lain. Berbenturan dahsyat, mengacaukan arus yang ada. 

Begitupun kita. Manusia yang dicipta untuk bergerak. Berbuat sesuatu. Apapun itu. Karna manusia diberikan pilihan kebebasan. Pun nantinya, pilihan itulah yang akan menentukan akhir kita; baik, atau buruk. Sengsara, atau bahagia. Semua pilihan itu diserahkan pada kita. Karena apa?  Karna Ia telah menciptakan kita berbeda. Dengan seperangkat unit yang kecanggihannya melebihi berjuta komputer. 

That's right!

Kita punya otak untuk berfikir. Menentukan langkah yang akan kita tempuh. Membuat keputusan yang seharusnya kita ambil. Membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Menentukan mana yang seharusnya dilakukan, mana yang tidak. Membedakan antara keinginan, dan keharusan sikap yang diambil.

Dan pilihan itu, ada di tangan kita. Tanpa sedikitpun Allah tinggalkan kita tanpa petunjuk. Kemana seharusnya kita melangkah. Semua petunjuk dan arah dari-Nya, sudah sedemikian jelas dan gamblang. Peta dan perbekalan menuju akhir, telah Ia titahkan. Tinggal bagaimana kita berbuat. 

Melangkah sesuai dengan apa yang Ia titahkan, menyiapkan perbekalan yang Ia sebutkan, dan berjalan diatas garis yang telah Ia petakan. Kemudian, engkau akan selamat. Menemu tempat yang telah Ia janjikan. Dan tersenyum diakhir perjalanan.

Atau,
Kau salah kaprah dalam memahami makna kebebasan bersikap dari-Nya?
Lantas kau bergerak sesukamu. Menempuh jalan tak tentu, tanpa bekal yang akan menolongmu di tengah perjalanan ketika kau terjerumus tak berdaya. Berjalan tanpa arah. Melangkah tanpa tujuan. Hingga kemudian tersesat tanpa perbekalan yang kau siapkan.

 Lalu, bagaimanakah akhirnya? 

Saat tak ada lagi jalan berbelok, dan kau tak mampu lagi berbalik ke belakang. Hanya ada jurang api di hadapan. Apa yang akan kau perbuat selanjutnya? Sedang kau dikejar oleh penyesalan yang tak dapat lagi kau perbaiki. Karna langkah telah patah. Tak ada lagi jalan pulang. Dan tujuan akhirmu telah kau dapatkan. Tujuan akhir yang berbalik dengan petunjuk atas apa yang Ia titahkan, agar kamu menemu tempat indah yang Ia janjikan diakhir perjalanan.

However ...,
Perjalananmu telah usai. 
Dan inilah tempat, hasil dari perjalanan tanpa peta yang kau pilih untuk kau tempuh.

****

Karnanya, jika kau diberi kesempatan Allah untuk membaca tulisan ini, itu berarti perjalanan hidupmu belum usai. Setelah titik terakhir dari deretan kata-kata yang kau baca sekarang, tanyakan pada dirimu. Tanyakan pada nuranimu; sudahkah kau berbuat sesuai dengan apa yang Ia titahkan?
Masihkah kau berjalan diatas jalan yang Ia petakan?
Dan ... sudahkah, kau siapkan perbekalan untuk akhir perjalanan?


'Asallaahu ayyaj'alana minal muttaqiin ...


Semarang, 26 Agustus 2015
~@zahidaannayra



Selasa, 25 Agustus 2015

Bukan Mawar Biasa






_🌹Seperti Mawar Berduri🌹_

Hai kamu ...
Iya, kamu ...
Kamu, yang akan menjadi ksatria-ku
Kamu, yang sedang berjuang untukku
Menempuh juang tuk mendapatkanku

Kau tahu?

Aku butuhkan engkau, yang berjuang dengan segenap jiwamu tuk menjemputku. Aku tahu, tak mudah memang. Karna untuk mendapatkanku, kau mesti berjuang. Menjelajah hutan yang dalam. Rimbun tak terjamah. Menerabas duri. Membabat alang-alang tinggi. Menembus angkara lebat tak tertandingi🌴🌴🌴.

Karna aku, ada di tepian jurang yang dalam. Bahkan, kau pun tak dapat menemu pandang pada dasar nan curam. Hanya hitam. Kelam. 🌚

Aku bukanlah mawar biasa. Yang terlihat indah di tengah taman. Siapapun bebas memandangnya. Menikmati keindahannya. Siapapun, dan kapanpun mereka ingin berlama-lama menikmati mekar yang merona. Bahkan, tanpa menyentuh dan terluka lantaran duri yang sejatinya hanya menjadi pajangan tak berarti. Menjamah tanpa terluka. Mencium tanpa perlu memetik.

Karna apa?
Mawar itu sejatinya tak terjaga. Meski duri begitu lebat memenuhi batang pangkalnya.
Hanya formalitas saja. Sebatas kelayakan sekuntum mawar yang tak sempurna tanpa duri.

Aku, bukanlah mawar di tengah keramaian. Menjadi pajangan keindahan di sembarang tempat. Karna aku, bukan mawar biasa. Aku adalah mawar yang tumbuh di tepi jurang yang dalam. Dan hanya satu-satunya.

Karnanya, tak mudah bagi siapapun mendapatkanku. Menemui hadirku dalam pandangan. Apalagi, menjamah dalam genggaman. Hanya kesatria hebat yang mampu lalui halang rintang tuk menemu jumpa denganku. Menerabas hutan, taklukkan ilalang. Bertaruh nyawa dalam genggaman.πŸ”ͺπŸ”ͺ

Karnanya, aku menunggumu. Pada ambang batas yang mencipta getir sesaat; akankah, kau mampu melaluinya? Memberikan pengorbanan besar dalam hidupmu; hanya untuk, aku?πŸ’˜

Mampukah engkau?
Dan disitulah, ku kan temukan kesungguhanmu ...
Ketulusanmu ...
Pun pengorbanan terbesarmu ...

Berjuanglah, ksatria-ku ...
Bersabarlah sejenak
Waktu itu, tak akan lama
Dan penantianku, akan berujung pada titik temu; hadirmu.

Dan kau akan datang, bermandikan peluh. Bahkan darah. Membuka mekar yang kuncup. Hingga kau mampu memetikku di ambang jurang yang dalam.


πŸŒ΄πŸŒ΄πŸŒ΄πŸŒ΄πŸŒ΄πŸŒ΄πŸŒ΄πŸŒ΄πŸ’‘πŸŒ΄πŸŒ΄πŸŒ΄πŸŒ΄πŸŒ΄πŸŒ΄πŸŒ΄πŸŒ΄

Semarang, 250815

-@zahidaannayra_
Diambang batas-ngantuk-😴

Sabtu, 22 Agustus 2015

Bergerak, menuju cahaya ...



Aku masih ingat, di persimpangan jalan kemarin, kita tlah membuat janji. Dan langit yang lapang menjadi saksinya. Saat keterikatan antara aku dan kau membuat kita terlena, hingga nafsu seringkali membuat kita terbuai berlama-lama. Bahkan, waktupun tak lagi kita hirau lamanya. Membuat kita terjerat pada satu lubang yang tak seharusnya kita terlena. Meski tak nyata dalam netra, namun ... bukankah berdua dalam ruang hati yang satu itu, suatu dosa? Bahkan, kitapun belum apa-apa. Kau dan aku masih asing dalam nyata. Namun keberpihakan hati kita, membuatnya seolah menjadi satu kesatuan yang ada. Menjadikan batas-batas itu niscaya.

Kau dan aku sama-sama tak sadar, ketika sejatinya kita telah terjebak dalam kegelapan yang pekat. Hanya karna sebatang lilin terang di depan mata. Tanpa menyadari sekeliling yang hanya menyisakan kita; berdua.

Hingga kemudian, kata 'penyesalan' menjadi satu keterlambatan bagi kita. Bukan, bukan bagi kita. Namun hati yang memainkan perasaan aku dan kau. Pikiran, mungkin mampu kita alihkan dengan berbagai kesibukan yang sebenarnya hanya kita ada-adakan saja. Namun hati, siapa yang mampu menangani keterikatan yang sekian lama telah terjalin; dalam ruang gelap, yang bahkan tak ada seorang pun tahu. Ranah senyap. Karna memang hanya ada kita berdua di dalam sana. Penjara kegelapan yang nampak indah bagi kita. Terang benderang. Karna memang, kita pun tak ingin menoleh sedikit ke belakang. Dan ketika kita sadar, tak ada cahaya di sekeliling kita. Hanya ada pendar lilin yang semakin redup di depan mataku dan kamu.



__speechless__


Hanya diam yang memainkan peran dalam kegelapan. Karna lilin cahaya itu telah sirna. Berganti kecamuknya rasa bersalah yang bergelayut. Menggantung di sudut redup. Beruntunglah, ada sekejab penyesalan yang membuka satu celah cahaya. Meski masih redup, satu persatu kesadaran membawa lilin cahaya yang lain. Membuka celah cahaya yang semakin benderang. Membuat kita mampu tuk tapaki jalan keluar. Menjauh dari penjara kegelapan yang tak seharusnya kita tinggal.

Namun kini, kita tak lagi berjalan bersisian. Karna semakin kita bersama, sejatinya kita hanya membuat celah-celah cahaya itu meredup. Menjadi tertutup dan kembali gelap.  Menjadikan cahaya itu niscaya. Kemudian sirna.

Karna sejatinya, kebersamaan itu meniadai. Kebersamaan hatiku dan kamu.
Meniadai hati-hati suci. Membuatnya ternoda oleh rasa yang tak seharusnya.
Menidai kesetiaan terhadap 'dia' yang seharusnya. Dia yang masih menjadi rahasia.

Biarlah ... sudah seharusnya kita mengakhiri semuanya. Sudah seharusnya kita mengubur dalam-dalam smua rasa. Membunuh dengan tega setiap kerinduan yang muncul tiba-tiba; menghabisi segala hal yang membawa kita pada ingatan semasa gelap. Agar kegelapan itu sirna seutuhnya. Hingga cahaya kita, berpendar sempurna.

Kita .., pada jalan yang berbeda ....




@zahidaannayra
Ruang saksi paripurna_

Selasa, 18 Agustus 2015

Merdeka Dalam Imajinasi



Kak ...
Aku dengar, besok adalah hari kemerdekaan negri kita.
Iyakah?
Apakah nantinya kita pun merdeka dari kemiskinan yang merajalela?
Akankah nantinya kita pun terbebas dari kesengsaran hidup yang selama ini kita tanggung?

Kak?
Kenapa kakak hanya diam?
Besok kita akan merdeka kan, Kak?
Tak akan lagi merasakan lapar yang melilit,
Pun haus yang mencekik ...
Bukankah di hari kemerdekaan nanti semuanya akan membaik?

Mengapa ada kekhawatiran menggantung dalam raut matamu, Kak?
Ada getir yang terselip dalam senyummu yang pahit.
Apa kau tak percaya dengan kemerdekaan esok hari, Kak?
Mengapa air matamu mengalir?
Tahanlah sebentar kegetiran hidup yang ada
Masih ada batu batu yang bisa mengganjal perut kita malam ini.
Tenanglah, Kak ...
Hari ini, adalah hari terakhir kita meminum air sungai yang keruh itu.
Bukankah besok kita pun akan merdeka?
Bahkan orang-orang di luar sana begitu meriahnya mempersiapkan penyambutan hari kemerdekaan esok.
Tidakkah kau juga bahagia, Kak?

******


Tidurlah, Dik ...
Agar laparmu tak lagi terasa
Lupakan hari kemerdekaan esok,
Karna kita memang tak pernah merdeka ...

Tidurlah diatas perut laparku
Biar kuceritakan indahnya cerita pahlawan yang memerdekakan kita
dari kesengsaraan 
Agar hidupmu indah, tak senista tubuh kita

Tidurlah ...,
Agar tak kau dengar lagi rakusnya koruptor melebihi anjing kelaparan
Tidurlah, Dik ...
Biarkan mereka menghabiskan miliran rupiah di istana
Untuk perayaan kemerdekaan yang entah diperuntukkan siapa ....

_suara hati mereka_




#merdeka_dalam_imajinasi
#malam_tantangan_OWOP

Senin, 17 Agustus 2015

Sebuah Puisi Untuk Indonesia



Sejumput Harap 
Oleh : Zahida An Nayra

Kerlip alvasentura menggantung 
Di pucuk senja
Semburat jingga membentuk siluet
Mengangkasa di langit Indonesia
Samar,
Diantara langit yg bergelayut suram

Sendu,
dalam tatapan yang semakin sayu
pancarkan aura kelabu
pada bumi yang semakin layu
ternoda oleh dosa
terluka dalam angkara
yang mencipta murka

Rinai tu membuncah
mengalir deras 
bergemuruh
seolah marah pada insan nan nista
penuh dosa
nan hina,

Negri itu, bernama
INDONESIA

tanah yang diharap banyak manusia
menjadi ranah syurga
pun ladang bahagia,
wasilah indah
tuk gapai dunia kekal selanjutnya
luruh,
pasrah,
pada ketetapan yang mengalun dalam sejarah dunia

tanpa berhenti,
berharap,
menanti,
merapal bait bait doa
pada,
INDONESIA, TERCINTA ....


Jogja,020115



#Ini puisi pertama aku yang masuk nominasi sayembara puisi untuk Indonesia, truz dapet pulsa 10.000. Dan aku seneng banget dengan itu. Why? Its not because a gift or whatever, but I get more spirit for my self to write again. This moment is actually make me proud and believe, that I also can spread my ability. Meskipun aku tahu ini bukan apa-apa, tapi disinilah aku bener-bener ngerasa lebih percaya diri dengan tulisan-tulisan sederhanaku ini.
Dan dari sinilah, semuanya seolah menjadi batu loncatan bagiku dan karya-karya yang mampu kuhasilkan selanjutnya. 

Ya, berawal dari pulsa sepuluh ribu, meningkat menjadi sertifikat-sertifikat yang sedikit demi sedikit mulai mencantumkan namaku sebagai kontributor-kontributor buku.
Alhamdulillah ... Bini'matihi tatimmus sholihaat ...
Semoga kedepannya bisa menelurkan buku tunggal, karya Zahida An Nayra. Amiin ... :)

Ilmu Padi ...




Jika kau ingin tahu seberapa pintar dirimu,
Bertemanlah dengan buku-buku
Disanalah kau kan dapati seberapa kualitas ilmu yang kau miliki
Niscaya kau akan semakin menyadari, betapa jauhnya dirimu dari predikat seorang ulama ....
.

Semakin kau belajar , lillah ...,
Semakin kau merasa dirimu bodoh dan tidak ada apa-apanya
dibanding dengan ilmu Allah yang luas ....
makin banyak kau menyadari; banyak hal terlewat yang belum kamu paham.
Masih banyak ilmu yang belum kau kuasai
Pun beribu petunjuk kauniah-Nya yang belum kau sadari tuk pelajari.
.

Namun,
Layaknya padi yang semakin berisi, makin merunduk;
mereka yang semakin banyak berilmu karna Allah, semakin tawadhu'lah ia, dengan sebenar-benar kesantunan atas kerendahan hati di hadapan Allah, pun manusia ..., sebagai makhluq yang hina ....


#universitaskehidupan

Selasa, 04 Agustus 2015

Setapak Rindu ...

     
Di persimpangan jalan, langkahku terhenti
Menggurat jejak
Pada setapak rindu
Terombang ambing mencari titik temu, yang menjelma ambigu ...

Aku terhuyung diantara padang pasir nan luas
Meraba petunjuk dalam sepi,
Mencari peneduh dalam terik

Bahkan memandangmu pun, aku tak kuasa
Bagaimana bisa ku menyelam dalam jernihnya telaga di matamu?
Bagaimana pula ku mampu mereguk air dalam telaga, demi memuaskan rindu yang bahkan hampir mengering...

Aku ingin berteduh,
Pada kehangatan hatimu yang mulai mendingin.
Bahkan menyentuhnya saja, aku tak lagi kuasa. 

Aku berlari mengejar. 
Menyibak kaktus kaktus. 
Menerabas duri.
Berharap bisa menemukan keteduhan
Atau setidaknya setitik sejuk yang mampu basahi gelegak rindu
Namun, sepertinya taqdirku menemu kecewa.
Hanya luka yang menyisa
Diantara sela-sela duri yang tercerabut
Pun darah yang mulai menetes
Pada goresan-goresan perih
Semua berhenti pada fatamorgana.

Hampir saja, aku menjadi seorang yang paling bodoh.
Berlari kesana kemari.
Bahkan di tengah terik yang membuatku terbakar.
Mencari sisa sisa pengharapan.
Meski pada hakikatnya, semua hanya berujung semu.

Rindu itu,
Belum tertakdir pada titik temu
Dan kau,
Pun masih menjelma bayangan semu
Tanpa ku tahu, kapan bayangmu mendekat, menjadi wujud yang sebenarnya dalam netraku

Aku ...,
Hanya mampu; menunggu ....



_@zahidaannayra_

Minggu, 02 Agustus 2015

Yuk, Jadi Kutu Buku yang Sehat ...



Hi guys ...
Pernah nggak sih, kamu dijulukin 'kutu buku'? Saking gilanya ama reading the book. Whereever and whenever, kamu selalu bawa buku.

Makan, sambil baca buku.
Di mobil baca buku.
Bahkan sambil jalan pun, pandanganmu masih aja mantengin tulisan-tulisan di bukumu. Ckckck ... Asal jangan sampe pas mandi kamu juga nyambi baca buku ya ..., bisa nggak mbentuk lagi tuh buku. Gara-gara basah kuyup, nge-blur semua deh tulisannya. Haha ....

Sampe-sampe, ada pepatah buatan --buatan siapa yaak? ^_^- -yang mengatakan 'Dimana ada kamu, disitu ada buku'. Saking nempelnya kamu ama buku. Udah kayak perangko ma amplopnya.

Sebelum tidur pun, buku masih aja nempel mesra ama kamu. Bahkan seringkali sebagai pengantar tidur. Kalo sebelum tidur nggak ada buku yang setia nemenin kamu, rasanya ada yang kurang gitu, dari serangkaian proses tidurmu. Bahkan bisa-bisa tidurmu jadi nggak nyenyak. Haha ...-lebay yah :v-

Eh, tapi bener loh, orang-orang yang udah kecanduan baca buku, bakalan susah tidur, kalo belom baca buku. Meskipun matanya tinggal 5 watt, alias udah ngantuk banget. Pokoknya, bagaimanapun keadaannya, tetep harus ada buku di sisinya sebelum tidur --ngotot banget yaak :v --.

Kalo yang ini, sebenernya pengalaman gue sendiri sih, hehe ...
Gue, kalo udah mau tidur, meskipun udah ngantuk banget, tetep harus bawa buku. Meskipun ujung-ujungnya, buku itu cuma gue pegang tanpa kebaca, gegara ngantuknya udah kagak nahan. Yaa, pokoknya harus bawa buku. Kalo gak gitu, gue lumayan susah tidurnya. Hehe ...

Sebenernya gak bagus sih buat mata, kalo harus dipaksain baca sambil tiduran --tapi baca sambil tidur tu, menurut gue adalah posisi paling enak lho, hhe. Gue bandel yak? Emang :p--

Terus, biasanya ..., karna kebiasaan baca sebelum tidur juga, kadang-kadang meskipun lampu yang terang ntu udah diganti ama lampu tidur, si kutu buku ini masih aja ngotot buat baca di tempat yang remang-remang begitu. Nah, jadi deh matanya tambah rusak. Kayak televisi yang antenanya lagi rusak. Alias bruwet. Hehe ...

Alhamdulillah, untuk saat ini gue belom nyampe stadium yang ini. Sampe sekarang ni mata masih sehat wal afiat. --malah curhat--

Nah, buat kalian yang sekufu sama gue ... Sesama kutu buku ..., tetep jaga kesehatan mata kalian ya, jangan dipaksain ngelakuin hal-hal diluar kemampuannya. Bisa-bisa dzolim lho, sama mata kita--nah lho--.

Terus .., kalo udah keasyikan baca, harus tetep inget waktu. Soalnya biasanya, orang yang udah keasyikan baca bisa lupa ama sekitarnya. Seakan dia udah berpindah dunia. Hanyut ama alur dalam buku yang dibaca. Bahkan lapar haus pun tak lagi terasa. Asal jangan nyampe lupa waktu sholat ya ....

Okay, for you the book lovers ..., keep love reading. Get more knowledge from your advanture. And, always reaching your stars and fly away to your dreams ... Good luck! :)

@zahidaannayra
#cotton island :v