“Apa kau
percaya, jika aku mengatakan bahwa aku menunggumu selama ini?”
Bagaimana mungkin
aku percaya? Sedang realita di depan mata bertolak belakang dari pernyataan
yang baru saja kau kata..
Bagaimana mungkin
aku percaya? Sedang gesture, mimik wajah, dan tatapan matamu tak mampu kau
manipulasi adanya;
Bahwa kau
begitu bahagia ada di sampingnya.
Bahwa kau
begitu menikmati saat-saat bersamanya.
Bahwa kau
begitu nyaman ada di sisinya.
Bahwa kau
merindukan saat-saat bersamanya..
Lalu,
bagaimana aku bisa percaya, saat realita menyatakan bahwa bahagiamu ada
bersamanya?
Salahkah
jika aku tak mampu semudah itu percaya?
Aku terlalu
takut untuk membuka hati seperti sedia kala. Aku terlalu takut untuk mengingat
segala rasa sakit yang ada..
Kau mungkin
tak pernah tahu, betapa tak mudah bangkit sendirian dari patah yang
menyakitkan. Kau mungkin tak pernah tahu, berapa banyak malam yang basah oleh
airmata kenestapaan. Kau mungkin tak pernah tahu, betapa tak mudah berjuang
sendirian.
Aku mungkin
terlalu takut untuk percaya lagi..
Sebab yang
patah, tak semudah itu disatukan.
Kau tahu?
Patah itu
sakit.
Jatuh itu
sakit.
Kecewa itu
sakit.
Sebab kusadar, bukan
pada-Nya harapan itu kuletakkan seutuhnya. Aku terlanjur salah dalam melabuhkan
pengharapan atas segala kesah kehidupan. Aku terlanjur salah memetakan
pengharapan. Hingga Ia jatuhkan aku dalam kecemburuan.
Ya, aku
tahu. Tidak seharusnya aku menyalahkan kamu ataupun dia yang mengudara dalam
hatimu.
Ini sepenuhnya
salahku. Dan sudah selayaknya aku memohon ampun kepada Rabbku.
__
Aku
sangat ingin percaya. Namun bagaimana? Bisakah kau tunjukkan caranya?