Selasa, 12 Januari 2016

Aku Mencintaimu, Saudaraku ...

"Sungguh .., tiap-tiap muslim itu bersaudara ..."
___

Kita dicipta bersama. Pun tertakdir untuk mengenal kebersamaan, mengeja ukhuwah, merajut hikmah kehidupan dalam serenade cinta. Antara aku, kamu, bahkan mereka.



Karna apa?
Karena kita bersaudara.

Namun, tak dapat kita ingkari, bahwa kita pun tercipta berbeda. Pun rasa yang tak selalunya sama. Bahkan, tak sejalan dengan pikiran masing-masing diantara kita.

Tapi kawan, tak sadarkah kita ... bahwa perbedaan itulah yang sebenarnya menyatukan ukhuwah, membuatnya lebih berwarna. Sebab pelangi pun, hadir diantara dua ketimpangan. Yang akhirnya mencipta keindahan tersendiri.

Adaa saja hal-hal yang membuat kita kesal, bahkan marah. Saat pendapat tak lagi sejalan. Adanya kesalahpahaman yang kemudian mencipta jarak. Yang awalnya akrab, kemudian saling diam, dan menjauh.

Untuk apa?
Mempertahankan gengsi? Atau, keukeuh dengan emosi?

Tak bisakah kelapangan hati menjadi solusi ...
Bukan berarti hilang harga diri, justru merekalah yang mempunyai hati nan suci.

Saat ukhuwah mulai renggang, sesungguhnya iman kitalah yang dipertanyakan. Baik-baik sajakah ia?

Tidak. Tentu tidak.
Karena persaudaraan yang renggang, hanyalah dampak dari iman yang retak.

Sudah sadarkah engkau, wahai hati?

___

"Fa'ashlihuu bayna akhowaykum ..."

Aku tertegun. Bahkan Allah memerintahkan kita untuk saling ishlah ... saling berdamai. Lalu, untuk apa kita masih bertahan dalam keegoan yang membelenggu?
Mencipta tebing yang tinggi pada hati yang tersakiti. Sampai kapan?

Sampai pertemuan tak lagi ada dalam takdir kita ... Atau, teguran dari-Nya yang membuat kita semakin berdosa?

Kawan,
Tempat pertemuan terakhir kita, adalah pusara. Haruskah, kita bertemu disana? Meski tak ada lagi yang bisa saling kata. Bahkan, hanya berekspresi dengan airmata pun, kita tak kuasa ...

Kawan, selagi aku bisa merasakan hangatnya mentari, pun dinginnya hujan. Aku ingin memelukmu ... Meraih pundakmu dalam rangkulan hangat seorang sahabat. Izinkan aku meminta maaf, karena bagaimanapun, salahku pasti ada. Meski seringkali itu luput dari sadarku.

Kawan, izinkan ...
Sebelum pusara, menjadi tempat pertemuan terakhir kita ...

Aku hanya ingin kau tahu,
bahwa aku mencintaimu, karna-Nya ...


-Salamku, saudaramu.


#OneDayOnePost
#SecondDay

Share:

6 komentar:

  1. Tulisannya bagus, salam kenal zahidan kita ada di ruang yang sama :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaah makasih Mb Emy ...
      Salam kenal juga, sering-sering mmpir yaak .. Hhe

      Hapus
  2. Bagus deh... mengingatkan aku tulisannya ttg perdamaian...

    BalasHapus