Senin, 19 Oktober 2015

Sepotong Episode ; Aku dan Kamu #1

Masa kecil, adalah masa-masa dimana kepolosan masih mendominasi. Masa-masa emas untuk belajar berinteraksi. Mengenal satu sama lain tanpa ada tendensi apapun. Masa-masa kita ketika masih bebas, tak berbatas. Baik batasan diri sendiri, ataupun batasan yang dibuat oleh orang lain. Kita sama-sama bebas melakukan apapun. Bergaul dengan siapapun, tanpa takut apapun. Bahkan tanpa memikirkan sesuatupun.


Namanya juga anak kecil, tak ada yang dipikirkannya selain apa yang ia ingin lakukan saat itu juga.

Begitupun kita. Aku dan Kamu.

Bak seorang sahabat yang selalu dekat. 'Kebetulan' kita lebih sering bermain bersama. 

Main pasaran, ibuk-ibuk'an, aku yang jadi ibuknya, dan kau berperan sebagai bapak. Kemudian berboncengan naik sepeda, kejar-kejaran, kau sakit dan aku merawatnya ... 
Haha, ah ... namanya juga anak kecil. Tak punya pikiran macam-macam. Hanya berperan apa adanya, bereksplorasi sekehendak hatinya. Tak kenal waktu. Pun tanpa mengenal batasan. Meskipun waktu itu kita belum mengenal kata 'sahabat', namun seperti halnya saudara yang kemana-mana selalu bersama, kau dan aku layaknya sepasang sahabat.

Masa-masa kelas satu, dua, tiga. Kala itu, kita masih berjalan bersama. Seperti biasa. Berbocengan berdua naik sepeda. Menikmati masa kecil yang bahagia. Apa adanya.

Hingga waktu membawa kita pada pertumbuhan menuju dewasa. 

Kelas empat, kita mulai mengerti batasan antara laki-laki dan perempuan. Sedikit demi sedikit, bahkan tanpa kata pun, kita sudah mulai tahu. Ada jarak yang harus kita jaga. Meskipun kita masih berbaur seperti biasa. 

Kelas lima. 
Sepertinya, masa-masa ini adalah masa dimana hadir yang namanya 'cinta monyet'. Meskipun pada waktu itu, kita pun belum mengenal istilah itu. 

Teman-teman sekelas mulai iseng menjadi mak comblang. Siapapun yang gerak geriknya mencurigakan, langsung menjadi korban. Mereka seenaknya memasang-masangkan teman laki-laki dan perempuan. Adaaa saja alasannya. 

Tidak sengaja bertabrakan di tikungan, tempat duduk yang kebetulan sebaris,-bukan sebangku, karena di sekolah kami dulu, laki-laki dan perempuan duduknya dipisah, meskipun masih satu kelas- bahkan ketika kebetulan pula guru memanggil kami berdua secara bersamaan untuk mengerjakan soal di papan tulis. Satu kata yang selalu bergemuruh hebat ketika moment-moment itu terjadi ; Cieeeeeeeeeeeeee ....

Bahkan, kadang teman-teman laki-laki dan perempuan saling bersekongkol untuk mempertemukan dua orang yang mereka pasangkan. 

'Target' diajak ke suatu tempat, kemudian ketika bertemu dan mereka tahu tengah dikerjain, otomatis mereka akan berbalik dan pergi. Namun teman-teman pun secara otomatis mendorong kedua target agar saling bertabrakan. Kemudian jatuh berdua. Lagi-lagi, bergemuruhlah teriakan itu; Ciyeeeeeeee ....


****

Aku tengah menikmati masa-masa itu. Menertawakan keisengan teman-teman yang lain, bahkan ikut bersemangat menyenandungkan kata pamungkas di akhir keberhasilan ulah mereka dengan kata 'Ciyeeeee'.

Namun, sepertinya ... aku melewatkan sesuatu. Ada yang aneh dengan dirimu akhir-akhir ini. 

Seperti ada yang memperhatikanku ketika pelajaran tengah berlangsung. Dan ternyata, kudapati dirimu sebagai satu-satunya yang mengarahkan pandangan ke wajahku. Tatapan kita bertemu. Dan kau tersenyum santai melihat keterkejutanku.

Pulang sekolah, aku memarahimu karna kejadian tadi. Meski tanpa sebab yang jelas, namun aku terlalu takut untuk menjadi 'korban' keisengan teman-teman kelasku selanjutnya.

Dan kau hanya tertawa usil.

Esoknya, pun hari-hari selanjutnya, kau tak berhenti melakukan 'hobi' barumu itu. Bahkan kau dengan sengaja selalu menyamai barisan dudukku.

Hingga suatu waktu, ketika pandanganmu tengah bertumpu padaku, seorang guru menegurmu. Kau ketahuan senyam-senyum memperhatikanku. Habislah kau. Bukan, bukan cuma kamu, namun aku pun terkena imbasnya. Lagi-lagi, suara teman-teman kembali bergemuruh.

Ciyeeeeeeeeeeeee ....

Aih, akhirnya aku jadi korban juga. -_-






Bersambung ...
Share:

0 komentar:

Posting Komentar