Kamis, 15 Oktober 2015

Rintik Pertama ...

Rintik hujan pertama,
di bulan oktober


Sayangnya, aku tak langsung terbangun pada tetes pertama. Karena memang terhalang oleh lantai atas. Tak seperti di Jogja dulu, tetes pertama yang terjun ke langit-langit kamar kost-ku, begitu terdengar membahana. Keras. Tegas. Disusul ribuan tetes berikutnya.

Alhamdulillah ... Bini'matihi tatimmus sholihat ...
Untuk pertama kalinya hujan turun, setelah hampir setengah tahun tertahan. Mungkin lebih dari perkiraanku. However, aku bersyukur, akhirnya Allah perkenankan awan untuk luruh. Menumpahkan bendungan yang telah lama ia tahan.

Deras. Tumpah, ruah. Dalam sekejap.
Membasahi bumi yang telah lama gersang. Bahkan mulai berkabut. Bukan kabut sejuk yang dingin. Namun kabut asap nan panas. Pohon-pohon tumpuan stok oksigen, kini menjadi sumber karbon dioksida. Bukan secara alamiah pohon-pohon itu memproduksi karbon dioksida, karna untuk itu, Allah pun telah mengatur kadarnya, sesuai dengan produksi oksigen yang dihasilkan. Namun, karbon dioksida yang berlebih ini, terhasil karna pembakaran tak bertanggung jawab. Hingga asap menyebar tak terkendali. Tak hanya dalam satu wilayah, namun telah merambah hingga lintas kota, bahkan negara.

Alhamdulillah ... bini'matihi tatimmussholihaat ....
Allah masih berkenan turunkan hujan deras. Meski sekejap. Kemudian lenyap.

Tepat dini hari, disepertiga malam terakhir, keberkahan itu turun. Bersama limpahan rahmat yang Ia janjikan. Waktu dimana Ia turun ke langit dunia. Mendengar keluh kesah hamba-hambaNya. Allah ... We proud of you, we love you so much ...

Semoga rinai deras ini pun sampai, hingga wilayah asap disana. Agar asap-asap itu lenyap. Berganti aroma tanah basah khas hujan yang menyejukkan. Agar bayi-bayi itu bisa menghirup oksigen sebanyak yang ia bisa. Agar tanaman tak lagi kering, mranggas, bahkan mati.

Robb ...
Aku bersyukur, atas hujan pertama di bulan Oktober ini ...
Allahumma shoyyiban naafi'an ...



Semarang, 15 Oktober '15
_Tanah basah_
Share:

0 komentar:

Posting Komentar