Kamis, 17 September 2015

Seperti Telaga yang Tertutup Salju



Bukan masalah berpisah atau keterpisahan,
Namun tentang bagaimana kita bersikap dewasa ...

~@zahidaannayra


Pada akhirnya, api yang membara akan padam. Hujan yang lebat akan reda. Debu-debu yang beterbangan merupa badai pun akan berhenti.

Seperti hati kita.  Yang lambat laun akan terbiasa dengan keterpisahan itu. Gejolak yang membara akan redam. Seiring dengan turunnya butir-butir putih yang mulai menebal. Meliputi setiap inci sekam yang membara. Hingga benar-benar redup dan tertutup. Menjelma putih yang dingin, kemudian beku. Tak ada lagi merah yang membakar. Pun gejolak yang rawan meledak. Terkikis oleh butiran putih yang turun. Merupa dingin yang mampu gigilkan rasa.

Dan kau pun lupa, akan air dalam telaga yang luas Itu. Ia menjadi hilang tak berbekas ketika butiran putih itu turun. Meski pelan dan perlahan. Butiran kecil itu, tak mampu menutup seluruh permukaan dalam satu waktu. But, slow and steady ... Satu-satu. Hingga permukaan air itu benar-benar tertutup. Tak lagi nampak kecipak yang bergejolak. Hilang dalam berbagai proses yang membutuhkan waktu. Berhari-hari, bahkan bulan dan tahun. Tak sebentar.

Mungkin sejenak kau akan lupa dengan air dibawah padang putih yang luas itu. Melupakan sejenak riak-riak di bawah sana. Asyik membuat jejak diatas telaga yang tlah menjelma padang putih itu. 

Namun kau lupa, seberapapun tebal permukaan putih yang menyembunyikan air dibawahnya, lambat laun akan mencair kembali. Memperlihatkan wujud dari padang putih itu sebenarnya.

Begitulah, sebanyak apapun jejak yang kau buat untuk menutup kenangan itu, rasa itu, pun episode yang pernah kau mainkan bersamanya. Hingga keterpisahan menjadi ending dari segalanya. Pasti, suatu saat nanti, entah kapan waktunya, adaaa saja satu bagian yang retak, kemudian memicu keretakan bagian yang lain, hingga tabir dari masa yang benar-benar berusaha kau timbun, menjadi tersingkap kembali.

Namun, musim tlah berganti.
Dan kau sudah cukup tertempa oleh satu musim yang benar-benar mampu menjadikanmu dingin. Membekukan segala ekspresi serta rasa yang tak lagi meletup-letup. Kau telah mampu meredam  segala gejolak dari bara yang pernah ada. Dengan butiran kecil yang turun satu-satu, kemudian menjelma menjadi padang putih luas yang mampu bekukan semua. Menutup pesona pelangi, menjadi satu warna; putih.
Menjelmakan segala ekspresi rasa, menjadi satu; dingin ...

Dan musim, benar-benar berganti. Menjelma semi yang berarti ; dan dinanti  ...


#Malam narasi OWOP
~@zahidaannayra




Share:

0 komentar:

Posting Komentar