Minggu, 21 Februari 2016

Jadilah Sholihah, Itu Lebih Cukup Dari Apapun.

Pengukir sejarah hidupmu,
adalah kamu sendiri.
Maka, ciptakan sebaik-baik sejarah dalam kehidupanmu!

-@zhed'z

Berkesempatan untuk berbincang dengan orangtua meski lewat telpon, adalah kebahagiaan tersendiri buatku. Apalagi di tanah rantau yang menjadikan pertemuanku semakin jarang dengan mereka. Kalau sudah terhubung dengan mereka, bisa ber-jam-jam lamanya. Kalau ditanya ngobrolin apa, ya ... apa aja. Mulai dari kondisi, keadaan, kejadian-kejadian, keluarga, sampai masa depan. Banyaklah pokoknya. 

___

Kemarin, umi cerita tentang keberhasilan sepupu-sepupuku. Prestasi mereka cukup bisa dibanggakan. Apalagi oleh orang tua mereka masing-masing; yang tak lain adalah paman dan bibiku.

Mbak Tika, sepupuku yang kuliah di bidang farmasi, berhasil menciptakan formula lotion anti nyamuk, dan akan segera dipatenkan merek beserta hak ciptanya.

Mbak Rizki, seorang atlet woodball yang akhirnya maju ke tingkat nasional, setelah berhasil memenangkan berbagai kejuaraan dalam lomba yang diikutinya.

Fatimah, yang katanya terpilih mengikuti olimpiade sains tingkat apalah itu ...
Dan masih banyak lagi.

Spontan aja aku nyeletuk;

"Cucunya mbah pinter-pinter ya Mi ... berprestasi semua ..., lha aku?" 

"Ha ha ha ..." spontan umi ketawa. Aku cuma bisa nyengir. --yang aku suka dari umi, karena aku bisa bebas sharing ke beliau layaknya temen; santai, suka bercanda, tapi bijaksananya nggak ada yang ngalahin deh :v--

"Nduk ...," ujarnya ketika tawa beliau tak lagi berderai " Mahkota dari cahaya yang kamu usahakan untuk kamu hadiahkan di akhirat nanti, sudah melebihi apapun bagi umi dan abi. Tak perlu muluk-muluk, jadilah anak sholihah, itu sudah cukup untuk kami, Nak ...."

Aku tertegun; haru.
 "Berprestasi di dunia, bukan prioritas. berprestasi di akhirat, itu yang lebih penting. Namun, jika bisa berprestasi di dunia juga di akhirat, kenapa tidak?" lanjutnya.

"Siap, Mi!" sahutku mantab. Seperti baru mendapat suntikan semangat dan optimisme untuk tidak lagi berkecil hati.

"Doa'kan anakmu yang pinter ini ya Mi, agar sukses dunia akhirat ..." sambungku disambut derai tawa umi disebrang.

Dalam hati, terselip syukur beriring do'a; Semoga diriku tetap sholihah, kapanpun, dan apapun keadaannya, meski zaman terus menerus berubah. Semoga daku tetap istiqomah .... 
Amiin.

___
-@zahidaannayra_
Share:

8 komentar: