Rabu, 10 Mei 2017

Perihal Ujian



Langkahnya tertatih. Berusaha menyeimbangkan tubuh kecilnya dengan setumpuk cucian yang ia bawa. Sedikit terhuyung, sembari sesekali membenahi pakaian yang terjuntai. Ia sedikit dapat bernafas lega, karena langkahnya kali ini mendahului hujan yang merupa rintik. Belum menderas seperti hari-hari sebelumnya. Meski masih tersisa nafasnya yang tersengal tak beraturan, setidaknya, ia tak lagi harus mencuci ulang pakaian-pakaian yang jatuh tertiup angin dan terhempas oleh hujan deras.

Sudah seminggu ini ia bekerja lebih ekstra, semenjak ayahnya meninggalkan ia dan ibunya tanpa tanggung jawab yang seharusnya dibebankan penuh kepadanya sebagai tulang punggung keluarga. Sementara sang ibu mulai sakit-sakitan, sebab beban kehidupan seolah membayang berat di pelupuk mata.

Betapa ikhlas sungguh tak mudah. Seringkali ia ingin mendesah, ingin mengutuk takdir yang menimpa diri dan kehidupannya.

Betapa berlapang dada sungguh bukan suatu pekerjaan yang mudah. Mengingat betapa banyak beban yang tidak seharusnya ia pikul di usianya yang belia. Masa dimana seharusnya ia bahagia bersama teman-teman sebayanya. Saat-saat indah dimana pertumbuhannya sedang mencapai masa puber yang rentan oleh setiap inchi peristiwa baru yang belum dikuasai olehnya.

Gadis itu meraba perlahan telapak tangannya yang tak lagi halus. Ada perih yang membekas diantara jari-jari mungilnya. Lecet yang membekas lantaran tumpukan cucian yang senantiasa setia menemani hari-harinya.

Kau tahu, bagaimana perasaannya?
Saat ia ingin meluahkan segala rasa, mengutarakan setiap beban yang mendera. Berteriak menumpahkan segalanya atas seluruh kebosanan yang merajalela kelelahannya.
Hatinya ingin berontak, pertahanannya hampir runtuh diluruh ujian yang menimpa kehidupannya. Ia berada di satu titik keterjatuhan yang membawanya pada tebing keputusasaan.

Namun iman di hatinya menahan langkahnya untuk terjun pada jurang putus asa. Ia sebenar sadar, bahwa Allah hanya sedang menguji kekuatan imannya. Seberapa tangguhkah ia? Seberapa kuat pertahanannya?

 لا يكلف الله نفسا الا وسعها

Janji Allah menguatkan hatinya. Ia yakin, Allah lebih tahu akan kemampuan dirinya. Jika Tuhannya saja percaya bahwa dirinya mampu melalui ini semua, mengapa bahkan ia tak yakin dengan apa-apa yang dipercayakan kepadanya?

Secercah cahaya merupa semburat dalam hatinya. Ia sebenar sadar, bahwa dirinya hanyalah manusia biasa. Dunia tempat tinggalnya kini, hanyalah merupakan persinggahan fana. Tempat berteduh dari perjalanan panjang yang sesungguhnya. Dan cobaan yang menimpanya hanyalah sebagian kecil dari ujian yang diberikan untuk menguji ketahanannya, ketangguhan pribadinya, pun keistiqomahan imannya.

Ini belumlah seberapa. Masih banyak manusia di luar sana yang ditimpa ujian yang lebih dari apa-apa yang menimpanya. Gadis itu menghela napas, lagi. Namun bukan lagi nafas keputusasaan, melainkan semangat yang mulai terbit diantara relung hatinya. Seperti cahaya yang menerobos, memberinya kekuatan alamiah dari dalam. Ia sebenar sadar, sebagai seorang hamba, tugasnya hanyalah taat, kemudian bersyukur; bahwa ia masih diberikan kesempatan untuk menghirup udara sebuah kehidupan yang fana.

__

Seberat apapun itu,
 jangan pernah merasa lemah dengan ujian yang ada
Katakan pada masalahmu, bahwa kau memiliki Tuhan yang Maha Kuasa!

Share:

1 komentar:

  1. aku suka tulisanmu yang ini, da.. menyampaikan mau'idhoh dalam bentuk cerpen.. ditunggu trulisan terbaikmu selanjutnyaaa..

    BalasHapus