Jumat, 31 Juli 2015

Seperti Minyak Dalam Air

"Kau tahu, Ra?" kata-katanya menggantung sejenak. Seolah memancingku untuk memfokuskan perhatian sepenuhnya pada perbincangan yang akan ia mulai.

"kau tahu, apa pengertian dari 'be your self' sebenarnya?"

Aku termenung sejenak. Memikirkan kata-kata yang pas untuk menjawab pertanyaannya. Meski nantinya kutahu, kata-kata penjelasannya lebih bijak dari penalaranku.

"Hmm,, jadi diri sendiri itu, ya kapanpun dan dimanapun, seperti apapun orang-orang, bagaimana sikap mereka, pendapat, ataupun pandangan mereka terhadap kita, ya kita tetep nggak berubah. Stay calm. Tetep jadi diri kita sendiri, tanpa terpengaruh orang lain." tuturku tak yakin.

"Thats right, Ra ..."

"Hhhh .." aku bernafas lega.

"Jadi diri sendiri tu, adalah ketika kamu berbaur, tanpa bercampur." tambahnya singkat, namun sarat oleh makna.
"seperti halnya setetes minyak dalam segelas air. Sebanyak apapun jumlah air, frekuensi minyak tak berubah. Zatnya utuh, tak terkontaminasi sedikitpun."

Senyap malam menjadikan suasana semakin hening. Seperti sebuah aliran magic yang ia hembuskan, aku seolah terbius oleh kata-katanya. Seperti biasa. Selalu seperti itu. Hanyut dalam kata-kata yang seolah menjelma mantra-mantra penghipnotis bagi pendengarnya.

"Ra ...,"

Aku tersentak sejenak. Tersadarkan dari lamunan yang mencipta senyap.

"Hm?"

Pandangan matanya membuatku terkesiap. Raut mukanya mendadak berubah serius. Terbersit kekhawatiran dalam gurat wajahnya.

"Aku ingin kau menjadi seperti setetes minyak itu, Ra ... Esok, jika kau benar-benar pergi, dimanapun kau berada, tetaplah jadi seorang 'Ra' yang aku kenal. Kau boleh berubah, tapi berubah menjadi lebih baik. Jikapun nantinya lingkunganmu sama sekali tak mendukungmu menjadi lebih baik, itu tugasmu, Ra ..., buatlah mereka menjadi lebih baik. Warnai mereka. Jangan sampai kau terwarnai oleh warna mereka. Jaga warna indahmu, Ra ... Be your self, please ...."

Kata terakhirnya, membuatku semakin terenyuh. Seolah menjadi permohonan terakhir yang sangat ia inginkan untukku memenuhinya. Bahkan pada hal yang menjadi kebaikanku sendiri.

"Insya Allah, Kak ..., aku akan inget baik-baik pesan kakak ...." jawabku meyakinkan kekhawatiran yang masih menggantung dalam raut wajahnya.

Ia tersenyum. Ada bulir bening di sudut matanya. Namun kekhawatiran itu sepertinya telah lenyap. Terhapus oleh bulir bening yang kini menitik. Membasahi pipinya. Menghapuskan seraut khawatir yang kini sirna.

"Terimakasih, Ra ...."



-waktu itu-
Share:

0 komentar:

Posting Komentar