Jumat, 19 Agustus 2016

Percaya

 https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwi__pPilM3OAhXKvY8KHQVABHwQjRwIBw&url=http%3A%2F%2Fkartun.co%2Fgambar-kartun-romantis.html&bvm=bv.129759880,d.c2I&psig=AFQjCNET5Bwp7lGRFqwBipq_4H8FEecYVw&ust=1471685074061470

Perempuan itu menepi. Menunggu kekasihnya yang ada di atas sana. Sebuah panggung peluncuran bukunya yang pertama. Ditemani seorang panitia yang membimbingnya ke sebuah meja di sisi lain ruangan itu. Ia menunggu dengan sabar. Sembari melepas penat seharian ini. Senyumnya menyimpul bangga diantara peluh yang menetes. Setelah berdesakan, akhirnya ia mampu keluar dari kerumunan penggemar yang mengantri foto berikut tanda tangan dari sang penulis.

"Selamat ya, Mbak, akhirnya tulisan-tulisan suami mbak dalam blog yang selalu ditunggu oleh pembaca, berhasil juga dibukukan. Saya termasuk penggemar berat tulisannya loh mbak ..." ujar panitia yang menemaninya tadi. Membuka pembicaraan.

Perempuan itu tersenyum, sudut matanya mencuri pandang pada kekasihnya. Meski sekilas, tatapan mereka bertemu. Ia sedikit jengah, suaminya berada di antara para penggemar yang mayoritas adalah wanita. Meski tetap menjaga jarak, banyak dari mereka yang meminta foto berdua, bersama buku yang ditulisnya. Tersenyum bangga, mampu bertemu langsung dengan sang idola.

Ia mengalihkan pandangan, mengambil botol dari tas dan meminumnya. Menuntaskan dahaga yang membuat tenggorokannya kering.

Ting!

Sebuah pesan masuk. Matanya menyipit, memandang nama yang tertera di layar handphone.

"Jangan cemburu ya, Sayaang ... aku terlanjur jatuh cinta dengan kesetiaanmu. Hanya ada satu wanita yang berkali-kali menarik perhatianku sedari tadi. Membuatku terus-terusan menoleh ke sudut ruangan ini.

Ada kamu disana."

Perempuan itu tersipu. Tak mampu menyembunyikan senyum yang melengkung di bibirnya. Lagi; ia mencuri pandang ke atas panggung. Mencari sosok yang selalu mampu meluluhkan pertahanannya. Matanya bergerak kesana kemari. Mencari satu-satunya objek yang menarik perhatiannya.

NIHIL.
Yang dicarinya tak lagi ada di tempatnya. Hanya ada peserta yang tersisa, berfoto bersama banner yang ada di panggung utama.

"Cari siapa, sayang?"

Ia tergagap. Hatinya mendadak berdebar. Suara itu, selalu datang tiba-tiba. Memberinya kejutan yang selalu mampu memacu jantungnya untuk berdetak lebih cepat.
Dia; kekasihnya, suami yang kepadanya ia labuhkan cintanya.

__

 
Share:

0 komentar:

Posting Komentar