Sabtu, 14 Mei 2016

A Public Secret

sumber; google

Orang memerlukan dua tahun untuk berbicara,
tetapi limapuluh tahun untuk belajar tutup mulut.

_Ernest Hemingway_

...
 
"Ssstt, sini deh, tak kasih tau. Tapi kamu janji ya, jangan bilangin rahasia ini ke siapapun." ujar Aira kepada Vika.

"Iya deh, rahasia apaan?" tanya Vika penasaran.

"Tapi janji ya, bakal jaga rahasia ini," Aira meminta kepastian lagi.

"Iya, iya ... udah cepetan kasih tau deh, ada apa?"

"Tadi aku nggak sengaja denger, kalau ternyata, Nita itu bukan anak kandung Pak Rendy dan Bu Rani." kabar Aira memelankan suaranya.

"Hah? Masa' sih?" pekik Vika kaget.

"Ssttt ... jangan keras-keras, Vik. Tapi, Nita nggak tahu akan hal ini. Jadi, kamu jangan bilang-bilang ya. Kasihan dia." Aira berbisik lagi.

Vika hanya manggut-manggut dengan air muka yang masih tidak percaya.

__

Beberapa waktu berlalu. Dan berita itu dengan cepatnya menyebar hingga ke telinga Nita. Aira mendapati Nita tersedu di halaman belakang sekolah. Basa-basi, Aira mendekatinya dan menanyakan perihal kesedihannya.

"Ra, gimana rasanya kalau ternyata kamu bukan anak kandung dari kedua orangtuamu? Dan kamu tahu akan hal itu, bukan dari mereka, melainkan dari orang lain. Bagaimana perasaanmu, Ra?" tanya Nita di sela isak tangisnya.

Aira terkejut bukan main. Bagaimana mungkin Nita tahu akan hal itu? Ia yakin, tak ada orang lain yang tahu perkara ini, selain dirinya dan Vika. Apa mungkin, Vika?

Sejenak, ia menyesali telah memberitahukan hal penting yang di dengarnya itu kepada orang lain. Tidak seharusnya ia berbuat tanpa berpikir panjang atas kemungkinan-kemungkinan yang terjadi kedepannya.

Usut punya usut, teryata Vika memberitahukan rahasia itu kepada salah seorang teman kepercayaannya, dengan kata kunci; "Jangan bilang siapa-siapa ya ..." 
Dan teman Vika pun, -tanpa sepengetahuan Vika tentunya- memberitahukannya lagi kepada orang lain, dengan kata kunci yang sama. Begitupun seterusnya, hingga berita itu akhirnya sampai ke telinga Nita.

Rahasia itu, bukan lagi menjadi sebuah rahasia pribadi, namun telah tersebar menjadi rahasia umum.

__

Begitulah, kebanyakan dari kita lalai dengan sebuah amanah. Sangsi akan sebuah janji. Menganggap enteng segala hal dengan sebuah kata kunci yang seolah aman dan bisa menjaga kerahasiaan akan sebuah amanah yang dibebankan.

"Jangan bilang siapa-siapa ya ..."

Kita tidak tahu akan hati seseorang. Bisa jadi, kita melihatnya sebagai seorang yang amanah, bisa menjaga rahasia, dan menepati janji. Kita terlanjur percaya padanya. Kemudian menceritakan perihal rahasia yang sangat-sangat penting. Yang sebenarnya, kita hanya perlu menjaganya untuk diri kita sendiri, tanpa harus memberitahukannya kepada orang lain.

Tanpa kita tahu, orang yang kita percaya itu pun, mempunyai orang lain yang juga sangat ia percaya. Kemudian ia memberitahukan rahasia itu kepada orang tersebut, disertai embel-embel; 'Jangan bilang siapa-siapa ya..'
Begitu seterusnya. Hingga berita itu benar-benar menyebar ke banyak orang. Meskipun tidak menimbulkan kasak-kusuk atau keramaian, namun setiap orang telah mengetahui rahasia itu.

Pernahkah kalian mengalami hal seperti itu? Semoga tidak.
Marilah kita berlatih untuk menjadi pribadi yang amanah, menepati janji, dan selalu berpikir matang sebelum melakukan segala sesuatu.

Jangan mudah mengumbar rahasia, kepada siapapun itu. Jika kau tak ingin rahasia perihal dirimu tersebar, berlatihlah untuk menjaga rahasia orang lain. Jika mereka mengatakan untuk 'jagalah', maka kau harus menjaganya, dari siapapun. Hatta mereka yang benar-benar engkau percaya. Wallahu a'lam.

Semoga bermanfaat_

__
@zahidaannayra~
Share:

0 komentar:

Posting Komentar